Tepatnya tiga tahun lalu,
aku masih ingat benar saat aku dipaksa teman-temanku untuk masuk ke dalam
organisasi PMR. Awal yang buruk untuk sebuah proses yang akan berlangsung
selama tiga tahun. Namun awal yang buruk bukan jaminan bahwa hasil akhirnya
juga akan buruk bukan?
Hari demi hari silih
berganti, cerita demi cerita tercipta, dari sebuah keterpaksaan hingga menjadi
suatu kebahagiaan. Yang aku kira hanya akan buang-buang waktu saja di PMR,
ternyata banyak sekali manfaat dan hal-hal positif yang aku dapatkan. Aku juga
masih ingat benar program kerja pertamaku yakni, Dompet Kemanusiaan. Yang
kemudian hasilnya kami salurkan melalui PMI Kota Surakarta. Disini aku bisa
belajar indahnya berbagi.
Aku yang hanya anak desa
biasa tidak pernah menyangka akan bisa naik sebuah alat tranportasi elit
bernama pesawat. Jika tidak dibiayai PMI ya mana mungkin bisa. Kala itu aku
yang juga seorang anggota program YABC, menjadi perwakilan PMI untuk
melaksanakan tugas di Jakarta selama tiga hari. Aku tiba di Jakarta hari Kamis
sore, kemudian hari Jumat, aku berkeliling kota Jakarta dan sempat pula transit
di Kantor PMI Pusat. Dan kemudian hari Sabtu malam, menuju ke RRI Jakarta untuk
melaksanakan tugas yang sebenarnya, yakni menjadi tamu dalam siaran radio yang
bertemakan “Youth on the Move”.
Disana aku bertemu dengan
salah satu generasi muda bangsa yang begitu sukses, yakni Billy Boen. Sungguh
suatu pengalaman yang tak terlupakan. Namun, ada awal pasti ada akhir. Keesokannya,
akhirnya aku harus pulang ke kampung halaman dan langsung melaksanakan tugas
lainnya, yakni menjadi panitia di lomba Chreaphoria, lomba PMR se-eks
karesidenan Surakarta.
Bersama PMR ini pula, lomba
demi lomba aku ikuti, sebanyak tiga kali aku mengikuti lomba bertajuk
kepalangmerahan, semua lomba yang aku ikuti sama, yakni di bagian Pertolongan
Pertama. Tiga kali aku mencoba, dan tiga kali itu pula aku tidak juara. Namun
hal itu tidak menyurutkan semangatku di dunia kepalangmerahan ini. Lantas
terpikirlah olehku, jika jadi peserta aku tidak bisa sukses, maka jadi pelatih
aku harus sukses. Meski sudah kelas XII, aku masih menyempatkan waktuku untuk
ikut membantu melatih adik-adikku guna persiapan JUMBARA Kota Surakarta.
Sekitar satu bulan kami berlatih intensif.
JUMBARA kali ini berlangsung
selama tiga hari. Namun, suatu yang tidak terduga terjadi di hari kedua
JUMBARA, aku berpamitan pada adik-adikku yang sedang lomba, karena akan
menjemput ibuku, dan aku bilang aku akan kembali kesini sesegera mungkin. Namun sayang di tengah perjalanan aku mengalami sebuah
kecelakaan hebat yang menyebabkan satu ruas jariku harus di amputasi dan aku
kehilangan banyak darah. Untung saja stok kantung darah dari PMI selalu siap
sedia. Dan syukurlah cerita hidupku masih bisa berlanjut. Keesokannya semua
memang kaget, sedih, rasa kalut melanda saat mendapati kondisiku yang seperti
itu. Namun pengumuman panitia seolah membuat semua itu sirna. Bahkan kegembiraan
tiada tara menyelimuti kami.
Sungguh anugerah yang begitu
indah, akhirnya kami bisa menjadi Terbaik 1 di JUMBARA Kota kali ini. Banyak
medali yang kami dapatkan. Dan inilah puncak dari warna warni hidupku dalam
dunia kepalangmerahan. Sampai sekarang dan sampai akhir nanti, semangatku dalam
kepalangmerahan tidak akan pernah sirna. Semangat Pagi!
No comments:
Post a Comment