Wednesday, April 23, 2014

Achmad Afandi: Warna-Warni Hidupku dalam Dunia Kepalangmerahan

Tepatnya tiga tahun lalu, aku masih ingat benar saat aku dipaksa teman-temanku untuk masuk ke dalam organisasi PMR. Awal yang buruk untuk sebuah proses yang akan berlangsung selama tiga tahun. Namun awal yang buruk bukan jaminan bahwa hasil akhirnya juga akan buruk bukan?

Hari demi hari silih berganti, cerita demi cerita tercipta, dari sebuah keterpaksaan hingga menjadi suatu kebahagiaan. Yang aku kira hanya akan buang-buang waktu saja di PMR, ternyata banyak sekali manfaat dan hal-hal positif yang aku dapatkan. Aku juga masih ingat benar program kerja pertamaku yakni, Dompet Kemanusiaan. Yang kemudian hasilnya kami salurkan melalui PMI Kota Surakarta. Disini aku bisa belajar indahnya berbagi.

Aku yang hanya anak desa biasa tidak pernah menyangka akan bisa naik sebuah alat tranportasi elit bernama pesawat. Jika tidak dibiayai PMI ya mana mungkin bisa. Kala itu aku yang juga seorang anggota program YABC, menjadi perwakilan PMI untuk melaksanakan tugas di Jakarta selama tiga hari. Aku tiba di Jakarta hari Kamis sore, kemudian hari Jumat, aku berkeliling kota Jakarta dan sempat pula transit di Kantor PMI Pusat. Dan kemudian hari Sabtu malam, menuju ke RRI Jakarta untuk melaksanakan tugas yang sebenarnya, yakni menjadi tamu dalam siaran radio yang bertemakan “Youth on the Move”. 

Disana aku bertemu dengan salah satu generasi muda bangsa yang begitu sukses, yakni Billy Boen. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan.  Namun, ada awal pasti ada akhir. Keesokannya, akhirnya aku harus pulang ke kampung halaman dan langsung melaksanakan tugas lainnya, yakni menjadi panitia di lomba Chreaphoria, lomba PMR se-eks karesidenan  Surakarta.

Bersama PMR ini pula, lomba demi lomba aku ikuti, sebanyak tiga kali aku mengikuti lomba bertajuk kepalangmerahan, semua lomba yang aku ikuti sama, yakni di bagian Pertolongan Pertama. Tiga kali aku mencoba, dan tiga kali itu pula aku tidak juara. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatku di dunia kepalangmerahan ini. Lantas terpikirlah olehku, jika jadi peserta aku tidak bisa sukses, maka jadi pelatih aku harus sukses. Meski sudah kelas XII, aku masih menyempatkan waktuku untuk ikut membantu melatih adik-adikku guna persiapan JUMBARA Kota Surakarta. Sekitar satu bulan kami berlatih intensif. 

JUMBARA kali ini berlangsung selama tiga hari. Namun, suatu yang tidak terduga terjadi di hari kedua JUMBARA, aku berpamitan pada adik-adikku yang sedang lomba, karena akan menjemput ibuku, dan aku bilang aku akan kembali kesini sesegera mungkin. Namun  sayang di tengah perjalanan aku mengalami sebuah kecelakaan hebat yang menyebabkan satu ruas jariku harus di amputasi dan aku kehilangan banyak darah. Untung saja stok kantung darah dari PMI selalu siap sedia. Dan syukurlah cerita hidupku masih bisa berlanjut. Keesokannya semua memang kaget, sedih, rasa kalut melanda saat mendapati kondisiku yang seperti itu. Namun pengumuman panitia seolah membuat semua itu sirna. Bahkan kegembiraan tiada tara menyelimuti kami. 

Sungguh anugerah yang begitu indah, akhirnya kami bisa menjadi Terbaik 1 di JUMBARA Kota kali ini. Banyak medali yang kami dapatkan. Dan inilah puncak dari warna warni hidupku dalam dunia kepalangmerahan. Sampai sekarang dan sampai akhir nanti, semangatku dalam kepalangmerahan tidak akan pernah sirna. Semangat Pagi!

No comments:

Post a Comment