Saat kelas 2 SMA saya masih ingat ketika pertama kali melakukan donor darah di sekolah saya. Donor darah dilaksanakan di dalam aula dan disana saya sudah melihat ada sebuah tempat tidur yang mirip dengan tandu juga dengan petugas dari PMI yang berada di posisi masing – masing. Ada yang bertugas mengecek kesehatan pendonor dan ada yang bertugas mengambil darah pendonor. Pertama kali saya diperiksa untuk menjadi pendonor saya ingat sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh petugas PMI.
Sambil memeriksa tensi petugas tersebut bertanya “Tadi malem kamu tidur jam berapa? Diatas jam 12 ya?”
Muka saya panik, jika saya jawab iya saya takut petugas akan menolak saya untuk bisa mendonorkan darah. Lalu saya jawab “Nggak pak, kemarin saya tidur jam 11”
Ya, saya berbohong. Demi mendapatkan pengalaman pertama menjadi pendonor saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Toh rentang waktunya hanya beda 1 jam. Saya rasa itu tidak masalah.
Entah kenapa saya merasa antusias ketika melakukan donor darah. Walaupun banyak yang menakut-nakuti bahwa jarum untuk donor darah sangat besar sekali. Pasti sakit. Ternyata, setelah saya mencobanya apa yang dikatakan oleh teman – teman saya yang menakut-nakuti itu benar. Jarumnya besar dan sakit. Sampai saya tidak berani melihat ketika jarum tersebut disuntikkan ke dalam kulit saya hingga menembus pembuluh darah.
Kini, saya seorang mahasiswa semester 6. Setelah donor perdana ketika SMA kelas XI saya tidak pernah berdonor lagi. Namun sekarang telah berbeda. Hampir setahun dua kali saya selalu menyempatkan diri untuk mendonorkan darah saya di kampus. Kampus saya rutin mengadakan setahun hampir 4 kali kegiatan donor darah karena memang di kampus saya ada kegiatan mahasiswa yang melakukan kegiatan hampir mirip dengan PMI. Mereka mengadakan first aid, fire fighting, donor darah dan kegiatan sosial lainnya dengan sukarela. Itulah mengapa unit kegiatan tersebut dinamakan Korps Sukarela atau bisa disingkat KSR.
Saya mulai tersadar untuk rajin mendonorkan darah saya ketika banyak melihat berita di media sosial dan terkadang mendapatkan sms ada beberapa teman yang membutuhkan darah dengan segera. Saya mulai berpikir bagaimana saya bisa membantu teman-teman yang membutuhkan walaupun saya tidak mempunyai cukup uang. Dengan donor darahlah saya bisa menjadi orang yang berguna. Tanpa tdisadari darah yang saya donorkan ini pasti akan bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Mungkin banyak orang yang kehabisan darah dan meninggal karena stok darah yang cocok tidak ada di rumah sakit. Dengan menjadi pendonor setidaknya kita bisa membantu mereka yang membutuhkan agar bisa terus bertahan hidup dan melanjutkan mimpi-mimpi mereka.
Tidak hanya itu, saya juga rutin olahraga seminggu 3x agar badan saya tetap sehat dan bugar. Dengan badan yang sehat, tentunya darah yang mengalir di dalam tubuh saya juga sehat dan tidak kotor. banyak teman-teman saya yang belum bisa mendonorkan darah mereka. Banyak faktor yang membuat mereka tidak bisa mendonorkan darah, berat badannya kurang memenuhi standar, hemoglobinnya kurang sampai ada yang tidak bisa mendonor karena petugas kesulitan mencari pembuluh darah karena orang tersebut terlalu gemuk. Oleh karena itu, saya selalu bersyukur sampai sekarang masih bisa mendonorkan darah saya. Membantu tidak hanya dengan materi, dengan donor darah pun bisa.
No comments:
Post a Comment