Monday, April 28, 2014

Isvy: Kesurupan Masal


Ketika itu aku baru kelas 1 SMK disalah satu sekolah kejuruan di kota Semarang. Karena menjadi murid baru, maka kami diwajibkan untuk mengikuti ekstra kurikuler. Apapun pilihannya, asal pilihannya 2 dan yang satu harus memilih pramuka. Karena aku bingung, akhirnya aku memutuskan ikut bersama temanku memilih ekstra kurikuler PMR yang kebetulan dulu ngehits banget disekolah karena prestasinya yang segudang. sebenarnya passionku bukan disitu, aku lebih senang olahraga terutama bulu tangkis. Tapi karena disekolah tidak memfasilitasi plus tidak adanya teman, maka aku putuskan untuk ikut bersama kawan sebangkuku. 

Pada mulanya aku ragu ikut ekstrakulikuler ini, aku merasa canggung dan agak aneh. Dengan kakak-kakak senior yang menurutku juga tidak seramah yang ku bayangkan. Materi pembelajaran yang sulit aku pahami, ditambah praktek pula yang menambah kebingunganku semula. Namun lama kelamaan materi serta pakteknya mulai agak menyenangkan. Dimulai dari membuat tandu, pertolongan pertama pada siswa yang pingsan, hingga cara membuat pembalut untuk patah tulang tangan. Semua berangsur menarik, dan kakak-kakak senior juga mulai berubah sikapnya menjadi ramah serta menyenangkan. 

Biasanya jika selama 1 bulan kami sudah dilatih dan dibina, maka kami secara bergantian akan menjadi petugas penjaga upacara hari senin. Bukan menjaga keamanan, tapi menjaga para siswa atau guru yang mungkin merasa kurang enak badan, lelah hingga pingsan untuk diistirahatkan ditempat yang telah disediakan. Dengan menggunakan rompi berlambangkan Palang Merah Indonesia, rasanya itu hari yang sangat aku tunggu. Meski mungkin tugasnya agak berat, tapi jika untuk menolong sesama itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Hari itu tiba, hari Senin. Hari dimana dilangsungkan upacara bendera di lapangan belakang sekolah. Aku bertugas bersama 9 orang lainnya. Kami menjaga lebih dari seribu siswa, belum termasuk guru serta karyawan yang jumlahnya hampir 200 sendiri. Ditengan perasaanku yang tidak sabar, ternyata aku terlambat masuk sekolah. Sesampainya disana, upacara hampir dilaksanakan. Tapi untunglah aku masih dipersilahkan untuk ikut bertugas meski ada sedikit omelan disela-selanya. 

Upacara berjalan lancar, hingga akhirnya ada satu siswi yang pingsan. Aku dan petugas yang lainpun segera bergegas mengangkatnya untuk diletakkan ditempat yang teduh. Setelah sekian menit, ada pula siswi yang ikut pingsan dari kelas yang sama. Namun siswi ini terjatuh dalam barisan sambil berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Tidak berselang lama, siswi yang sebelumnya pingsanpun tersadar dan berteriak-teriak. Mendadak kedua siswi ini menjadi pusat perhatian, dan kami membawa mereka keruang UKS untuk ditenangkan. Mereka seperti meronta dan hilang kesadarannya. Kami memegang kaki, tangan serta badannya agar tidak banyak bergerak. Kami juga melafalkan ayat2 Al-Quran agar jin yang merasuki mereka segera keluar. Namun itu semua tidak berhasil, dan akhirnya kami memutuskan untuk memanggil pemuka agama. Belum selesai kedua siswi ini kesurupan, ternyata kami kedatangan lagi bebeapa siswi lain yang juga mengalami kesurupan. Semakin lama, semakin banyak pasien kami. Kami pun merasa kewalahan. Hingga semua petugas PMR yang tidak bertugas pun ikut membantu. Dalam dunia medis, pengobatan terhadap seseorang yang mengalami kerasukan tidak kami terima. Dengan akal sehatpun tidak bisa kami mengerti. Ini lah pengalamanku yang pertama kali menjadi petugas PMR. Mungkin agak ekstrim, tapi ini benar-benar terjadi.(foto: tribunnews.com)

No comments:

Post a Comment