Tuesday, April 29, 2014

Rasito: Donor Darah, Siapa Takut?

“Manusia adalah makhluk sosial”, demikian ungkapan yang dikemukakan Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup pada 384-322 SM. Pendapat itu didasari kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dari lahir hingga meninggal dunia, manusia tak bisa terlepas dari bantuan orang lain. Maka kewajiban manusia adalah saling membantudan tolong menolong dengan sesamanya. 

Hubungan timbal balik positif mutlak diperlukan agar manusia bisa menjalani hidup dan kehidupannya secara wajar dan normal. Salah satu upayasaling membantu sesama adalah mendonorkan darah, yaitu menyumbangkandarah atau komponennya kepada orang lain untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihankesehatan. Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., M.P.H., menyampaikan bahwa kebutuhan darah di Indonesia mencapai 4,8 juta kantong per-tahun namun jumlah donasi hanya 2,5 juta (health.okezone.com, 9 Desember 2013). 

Ini berarti Indonesia masih membutuhkan banyak pendonor darah. Berawal dari ajakan seorang pembina Palang Merah Remaja (PMR), sejak tahun 2004 saya rutin mendonorkan darah melalui Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Purbalingga. PMI Kabupaten Purbalingga memang rutin mengadakan donor darah di sekolah-sekolah menengah atas di wilayah Kabupaten Purbalingga. Kebetulan sejak 2004 hingga sekarang saya bekerja SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga sehingga setiap 3 bulan sekali saya bisa mendonorkan darah. Pada awal donor, saya agak takut. Saya bukan phobia jarum suntik tapimembayangkan jarum begitu besar menancap di pembuluh darah membuat keringat dingin membasahi tubuh. 

Namun didasari keinginan yang kuat untuk berbagi dan membantu sesama, saya tidak mengurungkan niat untuk donor darah. Ternyata setelah jarum suntik menancap di lengan dan darah mengalir menuju kantong darah sama sekali tidak terasa sakit. Selesai donor saya justru merasa lebih sehat dan bersemangat. Maka ketika PMI datang lagi, rasa takut itu sudah hilang, berubah menjadi kerinduan. Salah satu keuntungan mendonorkan darah secara rutin di PMI adalah adanya jaminan memperoleh darah secara gratis jika suatu saat membutuhkannya. Pada saat genting karena membutuhkan darah, banyak orang kebingungan mencari pendonor darah. Menghubungiorang-orang yang bersedia donor membutuhkan waktu yang cukup lama. 

Jika meminta ke PMIharus melengkapi persyaratan administrasi dan dikenakanBiaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD). Meskipun jumlahnya tidak seberapa, namun pada kondisi gawat bisa memperumit masalah. Tapi dengan menjadi pendonor darah rutin melalui PMI, masalah itu bisa diatasi. Mendonorkan darah memang sangat mudah, tinggal datang ke kantor PMI maka donor pun bisa dilaksanakan. Tapi bagaimana jika teman, saudara atau bahkan kita sendiri yang membutuhkan darah?Haruskah kesana-kemari menghubungi orang-orang yang bersedia donor? Dalam kondisi darurat, langkah seperti ini kurang praktis dan efisien. 

Setelah menonton video YouTube PMI di http://www.youtube.com/watch?v=Q3SkPSoF11A ternyata cara yang cepat, murah, mudah dan praktis mencari pendonor darah adalah dengan bergabung di PMI bloodbook, yaitu aplikasi di Facebook yang bisa mempertemukan orang-orang yang bergolongan darah sama. Melalui bloodbook kita bisa dengan mudah mengirim pesan ‘butuh darah’ untuk diri sendiri atau orang lain. Pesan ini secara otomatis akan tersebar di Facebook dengan cepat dan massal. Jadi, bergabung dengan bloodbook PMI sangat mempermudah mencari pendonor saat kita sedang butuh darah. “Setetes darah Anda menyelamatkan nyawa orang lain”.Bayangkan jika nyawa kita yang diselamatkan orang lain. Donor darah, siapa takut?

No comments:

Post a Comment