Wednesday, April 23, 2014

Elvi: Sebuah Awal yang Tak Berakhir

Donor darah bukanlah hal baru bagi kami. Pertama kali terlibat dalam kegiatan ini waktu acara ulang tahun kantor. Awalnya memang cuma menjadi panitia yang tugasnya mengajak teman-teman karyawan, nasabah dan masyarakat sekitar menyumbangkan darahnya. Dari bikin spanduk, nyebarin brosur, menghubungi PMI (sudah pasti) hingga menyiapkan snack dan souvenir pendonor semua dikerjakan. Ingat banget, pas desain brosur cari kalimat yang tepat untuk slogan kegiatannya, ujung-ujungnya gak nemu dan tetap menggunakan kata slogan klasik yang ampuh “Setetes Darahmu Membantu Sesama”.

Dan begitulah 11 Januari 2012, yang menjadi awal bagi saya dan teman-teman pendonor pemula di kantor untuk rutin mendonorkan darah. Kegiatan ini pun menjadi kegiatan tetap yang diikutkan dalam rangkaian acara ulang tahun kantor setiap tahunnya. Bahkan melihat animo karyawan dan masyarakat yang cukup tinggi, kami sepakat menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan rutin enam bulanan.

Dorongan mendonor memang tidak hadir secara kebetulan. Selalu ada kejadian yang mengilhami setiap niat. Seperti yang dialami rekan Office Boy kami. Orang tuanya saat itu mengalami kecelakaan dan membutuhkan darah. Teman-teman yang sudah rutin mendonor tanpa perlu diingatkan lagi langsung membantu. Masa kristis sang ayah pun terlewati. Lain halnya dengan teman kerja kami lainnya. Saat itu dia mengalami pendarahan usai melahirkan anak pertamanya. Butuh 14 kantong darah untuk menyelamatkan nyawanya. Yang kami tau saat itu, jika kita butuh 14 kantong darah maka di waktu yang sama kita harus menyiapkan orang yang bisa menggantikan kantong-kantong darah tersebut. Bayangkan saja, disaat genting seperti itu kita harus menyiapkan pendonor. Dapat dari mana dalam waktu sesingkat ini? Sungguh harus berfikir dan bersikap cepat karena ada nyawa yang dipertaruhkan. Berkat kerja sama yang telah terjalin erat dengan PMI, bantuan pun datang. Dapat dikatakan bahwa teman kami itu memperoleh darah “cuma–cuma”. Bisa mendapatkan bantuan dengan menangguhkan sementara penggantian kantong darah. 

Inilah kejadian yang membuat dua orang yang saya kenal tersebut mendonorkan darah. Untuk saya sendiri, memang belum pernah mengalami kejadian genting seperti mereka dan saya harap juga jangan. Dan saya rasa tidak perlu juga ada peristiwa genting yang terjadi pada diri dan keluarga yang menghantarkan kita untuk berbuat baik. Karena pengalaman itu juga sesuatu yang kita dapat melalui kejadian orang lain. Karenanya saya salut kepada mereka yang rutin mendonor untuk alasan kesehatan. Gak perlu didesak-desak keadaan. Selalu ingat dan terpanggil mendonor, memastikan bahwa kota yang ditinggali tidak kekurangan stok darah.

Dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat dan pengaruh sosial media, kegiatan mendonor sepertinya telah menjadi bagian kegiatan mainstream. Seakan hilang sudah ketakutan masyarakat pada mitos-mitos yang mengatakan donor darah menyebabkan obesitas, infeksi, menurunkan kekebalan tubuh dan hal- hal semacamnya. Rangkaian informasi yang semakin mudah dan banyak tersebar kian menyadarkan masyarakat bahwa donor darah yang dilakukan secara rutin itu baik untuk kesehatan. Memandang hal ini, sepertinya berharap donor darah menjadi life style bukanlah hal yang berlebihan.

Masih banyak kegiatan PMI lainnya selain donor darah yang kini sudah dikenal baik masyarakat. Meski belum terlibat keseluruhannya, saya harap ini menjadi awal bagi saya untuk lebih terlibat dalam aksi nyata kemanusiaan. Yuk.. Mari Mendonor. Untuk Kita dan Mereka.

No comments:

Post a Comment