Donor darah bukanlah hal baru bagi kami.
Pertama kali terlibat dalam kegiatan ini waktu acara ulang tahun kantor.
Awalnya memang cuma menjadi panitia yang tugasnya mengajak teman-teman karyawan,
nasabah dan masyarakat sekitar menyumbangkan darahnya. Dari bikin spanduk,
nyebarin brosur, menghubungi PMI (sudah pasti) hingga menyiapkan snack dan souvenir pendonor semua dikerjakan. Ingat banget, pas desain brosur
cari kalimat yang tepat untuk slogan kegiatannya, ujung-ujungnya gak nemu dan
tetap menggunakan kata slogan klasik yang ampuh “Setetes Darahmu Membantu Sesama”.
Dan begitulah 11 Januari 2012, yang
menjadi awal bagi saya dan teman-teman pendonor pemula di kantor untuk rutin
mendonorkan darah. Kegiatan ini pun menjadi kegiatan tetap yang diikutkan dalam
rangkaian acara ulang tahun kantor setiap tahunnya. Bahkan melihat animo
karyawan dan masyarakat yang cukup tinggi, kami sepakat menjadikan kegiatan ini
sebagai kegiatan rutin enam bulanan.
Dorongan mendonor memang tidak hadir
secara kebetulan. Selalu ada kejadian yang mengilhami setiap niat. Seperti yang
dialami rekan Office Boy kami. Orang tuanya saat itu mengalami kecelakaan dan
membutuhkan darah. Teman-teman yang sudah rutin mendonor tanpa perlu diingatkan
lagi langsung membantu. Masa kristis sang ayah pun terlewati. Lain halnya
dengan teman kerja kami lainnya. Saat itu dia mengalami pendarahan usai
melahirkan anak pertamanya. Butuh 14 kantong darah untuk menyelamatkan nyawanya.
Yang kami tau saat itu, jika kita butuh 14 kantong darah maka di waktu yang
sama kita harus menyiapkan orang yang bisa menggantikan kantong-kantong darah
tersebut. Bayangkan saja, disaat genting seperti itu kita harus menyiapkan
pendonor. Dapat dari mana dalam waktu sesingkat ini? Sungguh harus berfikir dan
bersikap cepat karena ada nyawa yang dipertaruhkan. Berkat kerja sama yang
telah terjalin erat dengan PMI, bantuan pun datang. Dapat dikatakan bahwa teman
kami itu memperoleh darah “cuma–cuma”. Bisa mendapatkan bantuan dengan
menangguhkan sementara penggantian kantong darah.
Inilah kejadian yang membuat dua orang
yang saya kenal tersebut mendonorkan darah. Untuk saya sendiri, memang belum
pernah mengalami kejadian genting seperti mereka dan saya harap juga jangan. Dan
saya rasa tidak perlu juga ada peristiwa genting yang terjadi pada diri dan
keluarga yang menghantarkan kita untuk berbuat baik. Karena pengalaman itu juga
sesuatu yang kita dapat melalui kejadian orang lain. Karenanya saya salut
kepada mereka yang rutin mendonor untuk alasan kesehatan. Gak perlu
didesak-desak keadaan. Selalu ingat dan terpanggil mendonor, memastikan bahwa
kota yang ditinggali tidak kekurangan stok darah.
Dengan perkembangan teknologi yang cukup
pesat dan pengaruh sosial media, kegiatan mendonor sepertinya telah menjadi
bagian kegiatan mainstream. Seakan hilang
sudah ketakutan masyarakat pada mitos-mitos yang mengatakan donor darah
menyebabkan obesitas, infeksi, menurunkan kekebalan tubuh dan hal- hal
semacamnya. Rangkaian informasi yang semakin mudah dan banyak tersebar kian
menyadarkan masyarakat bahwa donor darah yang dilakukan secara rutin itu baik
untuk kesehatan. Memandang hal ini, sepertinya berharap donor darah menjadi life style bukanlah hal yang berlebihan.
Masih banyak kegiatan PMI lainnya selain
donor darah yang kini sudah dikenal baik masyarakat. Meski belum terlibat
keseluruhannya, saya harap ini menjadi awal bagi saya untuk lebih terlibat
dalam aksi nyata kemanusiaan. Yuk.. Mari Mendonor. Untuk Kita dan Mereka.
No comments:
Post a Comment