Sudah sepantasnya Indonesia berbangga hati memiliki PMI. Yang melalui perantaranya, ribuan senyum kembali mewarnai hidup dan ribuan nyawa terselamatkan. Banyak sekali orang yang tidak mengetahui besarnya jasa dari PMI. Kebanyakan orang hanya memandang sebelah mata, karena mengganggap PMI hanyalah sebuah organisasi yang tak memiliki arti. Awalnya pun saya berfikir demikian. Namun nyatanya semua itu salah. Saya telah disadarkan oleh tuhan melalui kisah yang cukup menyedihkan. Dan saat itulah saya paham, bahwa kehadiran PMI ibarat seorang malaikat penyelamat kehidupan. Tanpanya, mungkin saya juga orang-orang diluar sana akan kehilangan nyawa orang yang paling mereka sayangi.
Kisah ini terjadi sekitar 7 tahun yang lalu, kisah yang teramat mengharukan untuk saya dan keluarga saya. Hari itu adik kecilku sakit, kian lama sakitnya semakin parah. Hingga suatu hari, adikku terpaksa kami bawa ke rumah sakit besar untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih mumpuni. Setelah beberapa hari dirawat, dokter yang menangani adikku mengatakan, bahwa adikku membutuhkan donor darah secepatnya. Kami sekeluarga bingung dan kaget mendengar hal tersebut. Pasalnya, adikku memiliki golongan darah yang sama dengan ibuku, namun saat itu ibuku juga sedang sakit sehingga tak bisa mendonorkan darahnya. Kami pun terpaksa mencari ke berbagai rumah sakit sekitar kota kami, karena rumah sakit tempat adik kecilku dirawat tengah kehabisan stok darah. Hari demi hari berlalu. Dan tak kami dapatkan donor darah yang sesuai. Kami hampir menyerah saat itu, bahkan berfikir untuk mengikhlaskan apa yang akan terjadi kedepannya.
Entah sebuah kebetulan atau memang ini keajaiban dari Tuhan, beberapa orang dari PMI menawarkan stok darah sesuai dengan yang kami cari. Kami pun bahagia sekali mendengarnya. Akhirnya setelah mendapat donor darah, adikku kembali sehat. Ternyata Tuhan masih mengijinkan kami melihat kembali senyuman indahnya. PMI memang malaikat tak bersayap, mereka selalu ada disaat siapun membutuhkan mereka. Dari sanalah saya belajar, bahwa hidup bukan hanya mencari kebahagiaan diri sendiri, tapi bagaimana membuat orang lain bahagia dengan apa yang kita lakukan untuk mereka sekalipun itu sederhana.
Kisah lain yang membuat saya semakin jatuh cinta dengan PMI adalah ketulusan pengabdian mereka yang saya lihat pada korban-korban bencana alam. Lelah mereka seakan tak pernah mereka rasakan, semua itu hanya demi menyelamatkan sebuah nyawa. Luar biasa.
Sejak kejadian itulah, saya memutuskan mengabdikan diri menjadi seorang PMI. Dimulai dari ekstra kulikuler PMR di SMA dan berlanjut hingga kini saya di perguruan tinggi. Walau kurang begitu aktif pada setiap kegiatan kemanusiaan dari PMI karena sibuk dengan tugas kuliah, Insya Allah kedepannya saya akan terus mengabdikan diri saya membantu mereka yang membutuhkan bersama Palang Merah Indonesia. Sampai Mati saya akan mengabdi untuk indonesiaku, menyelamatkan beribu-ribu nyawa dan membantu mereka yang membutuhkan. Untuk PMI dan Indonesiaku.
No comments:
Post a Comment