Mengingat kembali masa-masa ketika masih di Madrasah Aliyah atau setingkat dengan SMA. ketika aku berada di Madrasah Aliyah (MA), aku mengikuti Extrakulikuler PMR atau Palang Merah Remaja. dan secara kebetulan pula aku menjadi pengurus extrakulikuler PMR waktu itu.
Aku adalah pengurus generasi ke-2 ekstrakulikuler PMR di sekolahku. tentu namanya generasi ke-2, aku dan teman-teman sepengurusan denganku adalah generasi ke-2 yang melanjutkan kiprah generasi pertama yang saat itu, generasi pertama belum memiliki kegiatan sama sekali dan tak memiliki program kerja. serta bisa dikatakan, generasi kami adalah generasi pertama yang menjalankan program serta kegiatan yang nyata dan mapan.
Aku masih ingat, selain kegiatan pelatihan biasa, kegiatan yang cukup besar pertama yang kami ikuti adalah kegiatan donor darah. saat itu akupun mencoba untuk mengikutinya. dengan alasan pertama ingin merasakan rasanya donor darah, dan alasan kedua dengan berharap darah yang aku donorkan itu bsa memberikan kemanfaatan dan menolong jiwa-jiwa yang membutuhkan pertolongan.
pertama saat aku melihat jarum donor yang begitu besar, sepat aku ingin mengurungkan niat ku utuk mendonorkan darah. apalagi, saat itu, entah kebetulan atau apa. teman sebelahku berteriak-teriak karena merasakan kesakitan yag sangat ketika tertusuk jarum donor. saat itu bulu kudukku memberikan dukungan bahwa sebaiknya aku harus enghindari jarum donor tersebut. namun, saat selangkah demi langkah ku undurkan kedua kakiku ini, timbul suara hati yang terdalam bahwa aku adalah laki-laki. tak sepantasnya niat baikku untuk menolong harus aku undurkan akibat takut dengan jarum. sungguh memalukan. pikirku waktu itu.
kemudian kuberanikan untuk tetap melangkahka kaki sambil memantapkan hati, akhirnya aku membaringkan tubuhku dan kemudian tibalah detik-detik dimana jarum donor menusuk lengan kananku. jntungku semakin berdetak kencang. karena merasakan gelagat yang aneh dari raut wajah yg aku alami, petugas dari pmi pusat sampai bertanya” takut ya mas?”. ih, malu bukan kalo aku sampai mengaku bahwa sebenarnya aku bener-bener takut dengan jarum suntik. dan dengan tegasnya jawab “gak mbak”. sedikit berbohong tak apalah pikirku.
akhirnya benar, setelah mendengarkan jawaban mantapku, petugas tadi hanyan memberikan tanggapan dengan secuil senyuman curiga bahwa aku memanag telah berbohong. dengan tanpa ragu lagi petugas donor tadi langsung menusukkan jarumnya ke pergelangan tanganku. aku mencoba berteriak. akan tetapi ruangan itu sungguh ramai. mau tdak mau aku sumbat mulutku dengan gigiku sendiri. dan ternyata, rasa sakit di donor itu hanya saat awalnya saja. hingga sekarang, setiap di sekolahku mengadakan acara donor darah, aku asti selalu tak tertinggalkan. tentu dengan selalu berharap bahwa sekantung darah yag aku sumbangkan dapat memberikan kehidupan dn kesehatan yang benar-benar bersahaja bagi orang lain. amin
No comments:
Post a Comment