Kebahagiaan itu tampak lengkap ketika ia dapat dirasakan oleh orang lain. Karena hidup bukan tentang kesendirian tetapi mengenai sesama yang saling berbagi. Seperti puzzle, aku, kamu, dan mereka adalah kepingan yang harus berkaitan agar dapat sempurna. Jadi mengabdikan diri untuk membahagiakan orang lain bukankah positif?
Satu hal yang tampak mengesankan dari organisasi yang sedang kujalani sekarang adalah upayanya untuk memberi pengaruh. Tergabung dalam senat sekolah tinggi kesehatan membuatku setapak diperbolehkan menyentuh kepanitiaan program sosial.
Yah, sekitar pertengahan bulan lalu. Mendatangkan tim PMI ke lingkungan kampus adalah realisasi program kesehatan sekaligus hubungan masyarakat. Kami dipermudah dengan keramahan. Kedatangan tim berbaju merah di pagi hari membuat kami bergerak lebih cepat untuk menyiapkan segala hal. Mudahnya dari bagian ini, kami meyediakan tempat untuk PMI dan mengumpulkan pendonor sementara mereka menanggung utuh dari kartu, peralatan hingga konsumsi.
Awalnya yang terpikirkan, seandainya target kantong darah tidak tercukupi bagaimana? Memikirkan kampus keperawatan yang didominasi wanita membuat panitia jungkir-balik mencari pendonor pria. Sebab terkadang kendala Hb pada wanita menjadi kasus umum. Bahkan untukku pribadi itu menjadi alasan berulang sebagai hambatan untuk mendonorkan darah.
Sepanjang kegiatan terkadang tampak wajah-wajah kecewa dari “pendonor gagal” alias tidak lolos seleksi. Melihat mereka dengan antusias tinggi ingin berdonasi lewat tetesan darah membuat semua tampak meneduhkan. Terkadang yang terenungi selama kegiatan ini adalah pasien-pasien rumah sakit yang kesulitan mencari transfusi darah. Satu alasan mengapa jarum suntik terasa seperti gigitan semut besar adalah senyuman mereka yang akan tergores saat yang dibutuhkan itu ada. Bukankah terlihat keren? Menjadi penolong abstrak. Kita tidak tahu darah kita menuju tubuh siapa. Yang kita tahu adalah yang kita lakukan memang menuju pada sesama yang membutuhkan.
Ketika sang surya meninggi, stok kantong darah sudah sesuai harapanlah. Panitia cukup lega. Seusai semua mahasiswa, maka panitia seluruhnya menyodorkan diri. Tidak semua yang lolos, terkadang akibat berat badan, tekanan darah, dan faktor lain. Setidaknya pada moment ini, kesempatan terbuka lebar bagiku. Mengapa bisa? Karena usaha. Usaha menghabiskan isi warung depan kampus .
Untuk kepekaan seorang wanita, jarumnya cukup menyakitkan. Tetapi untuk mengukur kadar kesenangannya bahkan sampai level teratas. Kekeraman pada lengan terbayar dengan melihat sekantong merah yang akan jadi superhero itu. Darah ini diciptakan bukan seperti harta yang ingin dikuasai. Ia diciptakan seperti hujan yang setidaknya dapat membagi kesejukan bagi siapa saja.
Mengapa muncul pelangi setelah hujan. Karena setelah membagi kesejukan, nampaklah keindahan berbagi itu. Maka sesederhana berbagi, sesederhana itu pula kebahagiaan dapat ditemukan. Bersyukur dengan keberadaan PMI mereka tidak mendapat kesulitan ketika menemui masalah transfusi.
No comments:
Post a Comment