Berawal Dari Antipati
Menjadi orang yang antipati terhadap lembaga yang bergerak dalam bidang sosial & kemanusiaan seperti PMI mungkin terdengar agak cuek atau bahkan jahat, namun begitulah diri saya sebelumnya. Dulu saya menganggap PMI & organisasi sejenis begitu remeh, dan kegiatan yang mereka lakukan seolah biasa-biasa saja bahkan kurang berguna bagi masyarakat. Saya juga tidak pernah mau menjadi bagian dari lembaga yang berprinsip pada kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan tersebut.
Muncul Rasa Simpati
Namun kini yang terjadi malah sebaliknya, saya sangat mengagumi organisasi yang diketuai Bpk Yusuf Kalla ini dan sedapat mungkin melibatkan diri didalamnya meski tidak secara langsung berpartipasi di lapangan. Bagi saya, begitu banyak cara untuk menyelami dan mewujudkan prinsip-prinsip teguh PMI dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah dengan berdonasi. Saya memilih berkontribusi dengan berdonasi karena pekerjaan yang saya tekuni saat ini kurang memungkinkan saya terjun secara langsung. Selain itu saya juga tidak dapat berpartisiasi dalam donor darah karena tidak memenuhi salah satu persyaratan yang ditentukan oleh PMI yaitu berat badan minimal 45kg (berat badan saya hanya 42kg). Sebenarnya ada beberapa hal yang membuat saya simpatik pada PMI dan berusaha melibatkan diri didalamnya.
PMI itu Pahlawan Masa Intimasi
Saya pernah mendapat pertolongan dari teman-teman PMI/KSR disaat kondisi genting yaitu ketika menghadiri acara wisuda sarjana teman. Saat itu acara telah dimulai namun tiba-tiba saya sakit, Untunglah ada teman KSR yang berjaga dan memberi obat kepada saya sehingga saya dapat melanjutkan rangkaian acara tersebut sampai selesai. Sejak saat itu saya jadi merasa bersalah karena anggapan saya tentang mereka sebelumnya ternyata tidak benar. Pada kenyataannya PMI memang selalu menjadi pahlawan di berbagai kondisi genting seperti bencana alam dsb.
PMI itu Penolong Masyarakat Indonesia
Bapak saya sering keluar masuk rumah sakit karena penyakit komplikasinya dan beberapa kali beliau harus mendapatkan transfusi darah. Terus terang kami sekeluarga belum pernah mendonorkan darah buat bapak karena berbagai alasan. Kami bersyukur dan berterima kasih banyak kepada PMI juga orang-orang yang gemar mendonorkan darahnya untuk menolong sesama. “Setetes darah Anda, nyawa bagi sesama”, begitu slogan PMI, begitu besar jasa PMI telah menolong begitu banyak jiwa rakyat Indonesia dengan program-program yang dicanangkannya termasuk program donor darah.
PMI itu Perhimpunan Malaikat Impian
Selain pernah merasakan jasa PMI, saya semakin mengagumi PMI karena ternyata suami dan mertua saya juga menjadi bagian dari para pahlawan ini dan sering terjun langsung di lapangan untuk membantu korban bencana alam di wilayah Jogja dan sekitarnya. PMI telah menginspirasi saya betapa mulia tugas mereka. Karena selain menolong korban bencana, PMI juga berbagi kepada mereka yang membutuhkan baik berupa darah maupun bantuan sosial lainnya. Mereka secara sukarela dan tidak pilih kasih dalam membantu bahkan cuaca dan medan yang ekstrem tak menghalangi niat luhur mereka. Bagi saya anggota PMI adalah manusia-manusia berhati malaikat, sungguh mahardika jiwanya.
Mari kita tanamkan jiwa PMI dalam diri kita yaitu semangat berbagi dengan sukarela dan tanpa pamrih serta tanpa pilih kasih. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya?
“Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain”. Socrates
No comments:
Post a Comment