Kenangan itu memang indah, apalagi masa-masa sekolah. STM Pembangunan Jakarta tercinta, dalam PMRnya aku berkarya. Jika diingat kembali, menyenangkan sekali menjadi anggota PMR di Sekolah dan momen yang paling seru mendebarkan buatku adalah “Blood Donate at School”
Bekerja sama dengan UDD PMI setempat, Donor Darah akan dilaksanakan di sekolahku satu minggu lagi. Wah, semua panitianya sibuk sekali termasuk aku. Selain itu, aku juga sibuk mempersiapkan diri untuk donor darah pertama kali ini. Cari-cari artikel di internet tentang Syarat Donor Darah. Berat badannya minimal 46 kilo, cukup! Tidak sakit macam-macam, sip! Sehat, oke! Wah, pokoknya ribet sendiri deh mempersiapkan donor darah pertama, supaya tidak gagal nantinya.
“Kak, gimana rasanya donor darah? Sakit nggak? Lemas? Gimana?”, cecarku kepada kakak kelas PMR yang sudah pernah donor darah.
Ditanya begitu, kakak kelasku gelagapan! “Kamu nanya atau naik kereta? Panjang banget! Donor darah itu nggak sakit. Bikin sehat. Nih, lihat aku tetap cantik dan sehat kan? Ini karena kakak rutin donor darah,”.
“Wah, asik Kak kalau begitu!”, jawabku kegirangan.
Menunggu merupakan hal yang membosankan, kata orang-orang, tapi buatku menunggu itu mendebarkan! Bikin deg-degan. Malam harinya aku belum bisa tidur karena tak sabar menunggu besok.
“Oh iya, kalau mau donor darah, malamnya nggak boleh bergadang. Harus tidur yang cukup, hihi. Yaudah deh, tidur sekarang biar besok fresh!”, gumamku sebelum terlelap.
Keesokan harinya matahari seakan tersenyum padaku indah sekali. Langkah kakiku riang menyusuri jalan menuju sekolah tercinta.
“Pokoknya sudah siap donor darah pagi ini, hehe”, bisikku sambil menepuk perut yang sudah kenyang sarapan pagi.
Sampai di sekolah aku langsung menuju Ruang Aula tempat donor darah akan dilaksanakan. Aku dan teman-teman lainnya briefing sejenak untuk mempersiapkan tempat dan sebagainya, lalu beranjak ke setiap pos yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Aku mengambil nomor antrian dan formulir donor sebagai pendonor yang baru pertama kali donor darah.
Kulihat temanku di antrian nomor satu dan dua sudah maju di meja registrasi dan pemeriksaan oleh Petugas dari PMI. Begitu teliti dan telaten sekali para petugas PMI ini.
Giliranku! Giliranku!
Deg-degan. Tik! Jari telunjukku ditusuk jarum kecil dan dicek golongan darahnya. Diperiksa hemoglobinnya, tekanan darahnya, berat badan, dan sebagainya. Hingga tibalah di kasur donor, keringat dingin bercucuran nih.
“Pertama kali ya, Dik?”, tanya petugas PMI sambil tersenyum kepadaku.
“Iya nih, Mbak. Nggak sakit kan ya? Hehe,” jawabku padanya.
“Tenang saja, nggak sakit kok. Tarik napas ya,”
Slippp.. jarum terasa menembus kulit tanganku. Oh, cuma sedikit kaget, tidak sakit. Selama darahku mengalir aku tetap tenang. Santai, nyaman, sepuluh menit pun berlalu. Jarum dilepas, bekas suntikan ditutup plester luka. Tahan dan tekan sedikit kata petugasnya.
Wah, ternyata begini ya donor darah, nggak sakit tuh. Aku tanya petugas PMI lainnya pun, donor darah ternyata banyak manfaatnya. Bagi pendonor, darahnya akan pulih dan lebih sehat kembali. Untuk orang lain yang membutuhkan donor darah, manfaat yang tak terhitung dengan materi, penyambung nyawa dan kehidupan mereka.
Ah, lega sekali bisa berbagi. Bahagia sekali bisa berarti bagi manusia lainnya. Kutunggu 75 hari waktu donor darah kembali. Donor Darah, sumpah aku jatuh hati!
Alhamdulillah sudah di post :D
ReplyDelete