Wednesday, April 23, 2014

Filly: Kapok? Mana Mungkin!



Kalau ditanya kapan mulai donor? Jawabannya waktu kuliah. Umur 17 tahun.Awalnya karena penasaran dengar cerita teman kuliah kalau dia sudah donor mulai SMA. Iyalah, tuaan dia, hehe.

Di kampusku, tiap 3 bulan memang PMI rutin buka lapak. Maka dari itu, untuk pertama kalinya aku donor dengan percaya diri karena aku merasa sehat. Bener aja, berat badan udah jelas bangetcukup (bahkan lebih), Tekanan Darah, Hb, semua oke. Akhirnya untuk pertama kalinya aku merasakan jarum gede itu menusuk pembuluh darahku. Semua sempurna.

Donor itu bikin kecanduan. Dan aku sudah merasakannya. Jadi sampai sekarang, selama sehat dan ada waktu menyambangi PMI, aku dataaang! Mulai dari di kampus, acara amal, Rumah Sakit, UDD PMI, sudah aku coba. Dan dengan bangga aku menyodorkan bekas tusukan di lipat siku kiri, karena lokasi itu yang paling mudah ditusuk.

Dua orang yang sama sekali nggak pernah donor pernah aku ajak jadi korban penusukan jarum donor. Salah satunya jadi partner setiap saat aku pengen donor. Menyenangkan, kalau kita punya teman satu visi. Biasanya kami donor di UDD PMI Sokaraja, tempatnya nyaman, ber-AC pula. Sebelumnya kami menyempatkan makan soto sutri yang terkenal dengan bongkahan daging yang super besar. Lalu siap untuk disedot.

Pernah pingsan? Pernah. Kejadian konyol yang penuh pelajaran. Lupa saat itu donor ke-berapa kalinya. Antrian mengular, serius, kenapa sih pada suka donor? (Ngaca!) Berdiri lama rupanya tidak cocok dengan kebiasaan tidur malam. Oke, bukan kebiasaan. Waktu itu aku lupa kalau baru tidur terlalu larut, begadang. Syarat lolos, darah mengalir deras, tapi kok...pusing? Setelah tiduran sebentar, aku paksakan berjalan ke ruang sebelah untuk menyesap susu cokelatku dan mi rebus telur.

Rahangku terasa mengeras. Aku duduk, berusaha meminum habis susu cokelatku... sampai..gelap.Lesss... aku terjatuh kesamping. Untung temanku menahan di samping, lalu setelah itu aku harus menahan malu karena kembali ke ruang donor untuk berbaring. Dan seluruh isi lab. Komputer tahu kalau aku pingsan berkat temanku, thanks to you!

Partner donor hampir pingsan pun pernah! Gila, pengalamannya asik banget kan? Jadi, salah dia sendiri belum sarapan. Setelah donor, dia mulai merasakan tanda-tanda pre sinkop. Dan dia ngotot nyetir karena pengen buru-buru makan. Sampai di perempatan, dia sudah makin parah dan makin lemas. Aku yang duduk di jok kiri pusing mikirin harus gantiin dia atau teriak ke supir truk di belakang suruh gantiin temenku nyetir, konyolkan? 

Akhirnya dengan kemampuan nyetir setinggi pohon tauge, aku duduk di bangku supir demi menyelamatkan mobil sampai ke posisi aman. Phew. Abis itu dia sehat lagi dan makan mi ayam dengan lahap sambil ngetawain supir dadakan ini.

Sejak tugas di RS baru, belum sekalipun aku menginjakkan kaki ke UDD PMI yang terletak di samping RS. Setelah aku cek kartu donorku, ya ampun, sudah 1 tahun nggak donor. Pantesan kangen. Karena sudah nggak punya teman gila buat donor, aku minta ditemani salah satu teman dokter supaya nangkring di sebelahku jaga-jaga siapa tahu aku pingsan haha. Tapi sukses! Dan bahagia banget rasanyabisa donor setelah puasa donor setahun!

So, masih mikir panjang buat donor? Ingat guys, ada banyak pasien butuh donor darimu.

No comments:

Post a Comment