Sunday, April 27, 2014

Sabrina: Nasi Goreng Seafood Di Pendidikan KSR Markas Semarang, Serius?

Sebagian pembaca yang menjadi anggota KSR ataupun TSR mungkin lebih paham mengenai bentuk pendidikan yang dilaksanakan oleh para senior untuk mengasah kemampuan calon KSR menjadi jiwa yang lebih bertanggung jawab. 

Cerita ini lebih mengarah pada pengalaman manis yang saya dapat di lereng Gunung Ungaran sebagai calon KSR angkatan 25 Markas Semarang. Bersama ke delapan belas pejuang kemanusiaan, kami mendapat sebuah pengalaman baru yang pastinya akan sulit dilupakan. 

Pendidikan tersebut dimulai dengan tergabungnya saya di kelompok tiga bersama dua pejuang perempuan dan 2 pejuang laki-laki. Parahnya, diwaktu kelompok lain mengeluarkan kompor khusus pendakian dan berbagai alat lengkap untuk bertahan hidup di hutan (maklumlah, kelompok MAPALA), kami cuma bawa korek gas dan mental baja. Di saat kelompok lain makan nasi dan lauk pembagian logistic. Mental, kami tingkatkan untuk bersyukur dengan bakaran api dan ubi jalar seadanya. Tapi untuknya kami selalu berbahagia. Seperti kata mereka yang bersuka ria dihidupnya “No matter how hard it is, I will still smile like an idiot”. 

Hari ke tiga, entah apa yang special dari angkatan kami, mungkin karena kami imut, atau karena kami amit-amit imutnya, apel malam diisi dengan harum segar nasi goreng. Cuma harum loh ya, kami yakin 100% pasti itu dibuat untuk rombongan senior tercinta. Walaupun kami dilatih untuk berpikiran positif, tapi ya tidak mungkin juga kalau saat pendidikan ada sela atau jeda ceritanya kami makan-makanan istimewa, bukan berpikiran positif tapi malah berharap lebih itu namanya. 

Apel berlangsung dengan kejam, saya maksud kejam buat mereka yang tidak disiplin. Ya kan? Waktu adalah pedang, sayang. 

“Perhatian, ini ada titipan dari mas Papang KSR angkatan 17, nasi goreng buat kawan-kawan yang sedang menjalani pendidikan. Ketua suku maju untuk mengambilkan anggota sukunya. Silahkan dari kelompok 1.” Kata pak Wo sebelum membagikan nasi goreng bungkusan ke semua pejuang dan membubarkan apel malam. 

Saya masih ingat betul karena saat pembagian kami diistirahatkan, dengan tidak disiplinnya setelah mendengar ada kiriman nasi goreng, kepala saya senam kanan kiri untuk melihat ekspresi para pejuang. Raut muka memang tidak pernah berbohong, 

"Seriusan?” adalah kata-kata yang mereka sampaikan lewat air muka bingung sekaligus mendadak bahagia itu. Sekembalinya kami ke tenda masing-masing, kami langsung menyantap nasi goreng tersebut dan bersyukur adanya seafood pelengkap cita rasa. Saya rasa pejuang angkatan kami lah yang baru pertama kalinya mendapat nasi goreng seafood cuma-cuma disebuah pendidikan KSR. Kalau ada pendaftaran rekor muri setelah kegiatan tersebut, saya tak ragu-ragu mendaftarkannya dengan title “KSR untung ada seafood”. 

Keesokan harinya, kami kena hukuman karena lupa mengucapkan selamat makan pada para senior. Mereka mendeklairkan kami adalah sejarawan baru, satu-satunya yang mendapat kiriman nasi goreng saat mengikuti pendidikan sepanjang sejarah pendidikan KSR markas Semarang sejak tahun 1977 Seketika kami bengong dan baru sadar kesalahan semalam. Atas nama korsa, kami para pejuang beserta para senior melaksanakan hukuman sesuai prosedur. Push up 100 kali. Maaf ya kakak senior, kami yang salah, kalian juga yang kena. Tapi pulang nanti, kami berjanji akan mulai berusaha menjadi pejuang sejati. 

Sukarela demi ke tujuh sumpah PMI terkasih.  SIAMO!

1 comment: