Bulan januari 2014 lalu, tepatnya ketika negeri ini mengalami bencana banjir yang berkepanjangan, hampir seluruh element masyarakat di seluruh penjuru negeri ini merasakan kesedihan dan kepiluan yang mendalam, baik mereka yang daerahnya ikut terendam banjir, ataupun bagi mereka yang tidak. Saya sendiri sebagai warga yang daerahnya ikut terendam banjir, benar-benar merasakan kepiluan dan kesedihan tersebut. Pikiran saya ketika itu kalut bercampur sedih, saya yang ketika itu berada di Yogyakarta hampir tidak pernah merasa tenang karena selalu memikirkan sanak famili yang ada di Pati. Apalagi ketika itu seluruh wilayah Pati hampir semuanya terendam banjir, termasuk wilayah keluarga saya.
Pagi itu, hari senin tanggal 20 Januari, saya memutuskan untuk pulang ke Pati, karena saya mendapat kabar bahwa rumah saudara saya sudah terendam air yang mencapai ketinggian sekitar 2 meter, batin saya, pasti rumah saudara saya kelep. Yogyakarta-Pati saya tempuh selama kurang lebih 6 jam dengan menggunakan sepeda motor. Karena daerah yang saya lewati tergenang banjir, akhirnya perjalanan pun menjadi lebih lama.
Setelah Sampai di lokasi, saya menghubungi paman, sepupu dan adik untuk membantu mengevakuasi saudara saya yang rumahnya terendam air. Ketika evakuasi akan kami lakukan, ternyata untuk menuju ke lokasi tersebut amatlah sulit, selain genangan air yang cukup tinggi, hampir mencapai dagu ukuran orang dewasa. Tentu, jika evakuasi tersebut ditempuh dengan jalan kaki, akan terasa menyulitkan, membuat lelah, malah nanti kitanya yang bisa dievakuasi karena kelelahan berjalan.
“Hubungi saja PMI, kita minta bantuan kepada mereka, di sini sepertinya belum ada bantuan dari PMI” ucap pamanku memberi saran. Tanpa ba-bi-bu aku langsung mengiyakan saran tersebut dan meluncur ke markas PMI Kab. Pati yang terletak di Jalan Dr. Susanto No. 101. Setelah melapor dan menceritakan tentang kondisi riil daerah saudaraku yang terendam air. Akhirnya pihak PMI mengirimkan bantuan sebuah TIM SAR beserta peralatannya menuju ke lokasi tersebut.
Melalui bantuan PMI itulah, seluruh keluarga saudaraku dapat dievakuasi dengan selamat, walaupun agak terlambat, tapi aku tetap bersyukur mereka baik-baik saja. Terimakasih PMI, berkat kebaikan dan uluran kepedulian kalian seluruh keluargaku dapat terselamatkan. Entah dengan apa aku harus membalasnya.
Pasca kejadian tersebut, Rabu, 22 Januari 2014, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai relawan PMI untuk korban banjir Pati, jiwa saya merasa terpanggil dan juga saya merasa berhutang budi pada PMI, tak punya materi untuk membayarnya, hanya energi dan tenaga inilah yang saya punya, dan dengan tenaga inilah saya akan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
“Jangan sampai mereka bersedih karena kehilangan sanak keluarga, karena kelaparan dan penyakitan, sebisa mungkin kita harus meringankan beban mereka” ujar Kapten TIMku memberi semangat. Bersama PMI, saya mencoba untuk lebih merasakan kondisi dan kesedihan mereka, kami mencoba mengobati kesedihan dan luka tersebut dengan berbagai bantuan praktis untuk mereka, mulai dari evakuasi korban, logistik, pakaian, obat-obatan dan lain sebagainya. Saya menjadi relawan PMI tidak lama, hanya 8 hari, karena saya harus balik lagi ke jogja melanjutkan studi dan pekerjaan saya yang tertunda. Bagiku, PMI luar biasa, pahlawan tak kenal balas jasa, tapi telah banyak memberikan jasa. Bravo PMI!.
No comments:
Post a Comment