Dibutuhkan tekad yang kuat memang untuk
melakukan donor darah. Utamanya dari
diri sendiri. Karena tak sedikit pertanyaan-pertanyaan bernada negatif muncul
dari orang-orang di sekitar saat aku
akan donor darah : bagaimana kalau tiba-tiba darahnya
tidak bisa diambil, apakah jarum suntik yang dipakai untuk donor darah
itu aman, apakah semua darah yang ditransfusikan dari PMI itu sehat dan tak mengandung bibit penyakit ? Kalau
mendengar pertanyaan seperti itu, biasanya sih
aku tak mau menjawabnya langsung. Apalagi sampai debat kusir. Percuma. Untuk memberikan informasi yang positif
tentang donor darah, saat ada kegiatan donor darah yang akan kuikuti, mereka kuajak serta.
***
Seperti
kejadian beberapa bulan yang lalu saat Kantor Wilayah tempatku bekerja
mengadakan kegiatan bakti sosial
donor darah. Bisa ditebak hanya orang-orang itu saja, termasuk aku, yang mendaftar jadi pesertanya. Inilah
saatnya mengenalkan arti positif donor darah, pikirku saat itu. Dengan alasan akan kutraktir
makan siang, orang-orang yang bermulut
negatif itu pun kuajak ke tempat donor darah.
Siang
itu ruangan tempat donor darah sudah lumayan ramai. Setelah mengisi formulir, cek tekanan darah dan Hb, ternyata aku dinyatakan lolos untuk donor darah. Alhamdulillah, ucapku dalam hati.
Sambil menunggu antrian untuk diambil darah, kulihat
ada temanku yang sekantor gagal untuk donor darah. Ada yang karena Hb nya
terlalu rendah. Karena penasaran, aku pun bertanya kepada petugas PMI yang ada di dekatku.
“ Pak, kenapa sih
darah yang Hb nya rendah kok nggak bisa ikut donor ?”
Yang kutanya hanya tersenyum simpul. Membuat aku tambah
penasaran.
“ Hb itu vitaminnya
darah, Mas. Lha kalau darah tak ada vitaminnya, kosong melompong, untuk apa
didonorkan ? Kasihan kan orang-orang yang menerima transfusi darah ?”
Mumpung bisa bertanya banyak, saat itu juga kutanyakan tentang
jarum untuk mengambil darah. Dijelaskan bahwa jarum yang dipakai adalah jarum
sekali pakai, habis dipakai langsung dibuang. Aku dan teman-teman yang mendengarkan penjelasannya langsung manggut-manggut, tanda telah paham prosedur donor darah yang
sebenarnya. Ternyata PMI sangat selektif dalam mengelola darah dari para pendonornya
kan ?
***
Lain lagi kisah yang dialami oleh teman SMA ku ini. Sebut saja namanya Hasan. Saat dia sedang
santai sambil leyeh-leyeh, tiba-tiba
Pak Pos datang menghampirinya.
“ Pooos...”
Hasan bergegas menghampiri Pak Pos dan menerima surat
yang ditujukan kepadanya. Di amplop
putih yang dipegangnya, tercetak logo dan kop surat dari Palang Merah Indonesia
(PMI). Pelan-pelan dibukanya surat itu, dan matanya terbelalak kaget saat dia
membaca kata demi kata yang ditulis oleh pegawai Unit Transfusi Darah PMI. Inti
suratnya yaitu bahwa PMI tidak dapat
menggunakan darah yang telah didonorkan oleh
Hasan beberapa bulan yang lalu. Karena
darahnya mengandung virus Hepatitis B.
Saat Hasan menceritakan kisahnya dan minta jalan keluar dariku
atas penyakit hepatitis B nya, saat itu
aku langsung berkata dalam hati : ternyata PMI sangat komunikatif terhadap para pendonor darah. Mau menerima darahnya,
ternyata PMI juga mau memberitahukan penyakit apa saja yang diderita oleh para
pendonor. Tentu saja hal tersebut dilakukan secara tertutup, karena hal seperti
ini merupakan rahasia ppribadi para pendonor.
So, kenapa mesti takut untuk donor darah ?
No comments:
Post a Comment