Wednesday, April 23, 2014

Arina : Ku Abdikan Diriku Atas Nama Kemanusiaan

“Ada suatu saat, dimana ucapan tak mampu menjelaskan arti hidup yang sesungguhnya”. Tentu bukan urusan mudah membiasakan seseorang mampu peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. 8 tahun silam saat duduk di bangku kelas VII SMP, kecintaanku terhadap dunia sosial dan kepalangmerahan mulai tumbuh dan terus berkembang. Sungguh tak terhitung lagi bagaimana cintaku dengan dunia ini sekarang. Berawal dari menjadi anggota PMR tingkat madya hingga saat ini mampu menjadi relawan kemanusiaan, puluhan bahkan ratusan tantangan serta jalan berliku pernah aku lewati. Dimulai dengan simulasi-simulasi pertolongan, perawatan keluarga hingga materi-materi kepalangmerahan, saya belajar dan terus mendalami apa itu palang merah.

Terasa lelah memang pada saat awal-awal saya belajar tentang ilmu-ilmu pertolongan pertama ini. Tapi justru lelah inilah yang mampu membuatku terus bertahan hingga saat ini, berjalan atas nama kemanusiaan. Tidak cukup pada saat duduk di bangku SMP, di bangku SMApun saya masih melanjutkan kecintaan saya ini dengan mengikuti PMR tingkat wira dan sekaligus menjadi anggota FORPIS (Forum Remaja PMI) yang bermarkas di PMI Cabang Kabupaten Tulungagung. Alhasil sayapun sering berkomunikasi dengan kakak-kakak relwan dari PMI. Tidak hanya itu, karena di asuh langsung oleh pihak PMI, otomatis saya mendapatkan pelatihan yang setingkat lebih tinggi disbanding teman-teman saya yang berada di sekolah. Anggota FORPIS dipersiapkan akan menjadi relawan-relawan yang siap diterjunkan kapanpun dan dimanapun dengan kemampuan yang mumpuni. 

Berbekal pelatihan-pelatihan yang cukup, akhirnya tak jarang sayapun ikut diterjunkan langsung ke lapangan untuk menangani kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan pertolongan pertama. Salah satu contohnya adalah diterjunkan langsung sebagai tim kesehatan pada operasi ketupat lebaran sejawatimur pada saat bulan ramadhan dan arus mudik dan arus balik pada saat hari raya idul fitri. Tentu bukan hal yang mudah, kali ini bukan simulasi, kali ini adalah penanganan korban yang sesungguhnya. 

Selepas menjadi PMR di tingkat WIRA, saat inipun saya meneruskan langkah saya mencintai dunia sosial dan kepalangmerahan dengan cara menjadi relawan PMI. Duduk di bangku kuliah tidak menyurutkan semangat saya meneruskan langkah saya. Segala bentuk kegiatan PMI seperti donor darah, tim penanggulangan bencana, tim pembinaan PMR hingga baksos yang dilaksanakan oleh PMI sering kali saya ikuti. 

Tak jarang teman-teman saya berkata “ngapain Rin masih ikut gitu-gituan, kuliah lagi banyak tugas nih”. Saya pun tak akan terlalu menganggap kicauan seperti itu. Bagi saya dunia kepalangmerahan dan sosial masih yang segalanya. 

Saya tahu hidup di dunia ini tidaklah panjang. Karena itu saya telah bertekad untuk terus berusaha bermanfaat untuk masyarakat sekitar melalui palang merah. Saya akan mulai bergerak dari hal yang kecil, saya akan mulai bergerak dari diri sendiri, dan saya akan mulai bergerak mulai dari sekarang. Karena saya berjanji akan mengabdikan diri ini atas nama kemanusiaan.

No comments:

Post a Comment