Ku ingin
berbagi cerita tentang anakku bila masih ada berusia 6 tahun. Alhamdulillah dia
sempat merasakan, mengenal akan kegiatan PMI.
Itu saat
kami piket di Pameran Kab. Bandung. Dengan tidak ada sedikitpun rasa takut,
ragu dia meminta diperiksa golongan
darah “Yah, Upa juga mau.. jawabnya boleh, saya pun berkata ga takut sakit,
darahnya keluar.. ga, khan ayah yang periksa...” Maka bertambah pengalamannya dikegiatan PMI
dan lebih berani.
Cerita kami
dikegiatan PMI, yang sampai saat ini suka buatku sedih, merasa bersalah,
apalagi kalau sampai terjadi ku ga bisa maafkan diriku. Allah maha tahu, maha
penyayang. ” Ditahun 2010 diwilayah
Baleendah terkena banjir ada beberapa titik posko, ditengah kesibukan kerja
kami menyempatkan untuk membantu di
posko. Ku di posko kecamatan sedangkan suamiku di posko Cikarees untuk
mobilisasi korban banjir.
Seperti
biasa anak kami dibawa. Di posko Dapur Umum, dengan asyik ya sambil menyelam
minum air. Bisa bersama anakku tanpa tertinggal kegiatan PMI. Setelah lama diposko anakku menanyakan
ayahnya. “Bu, kemana ayah ... jawabku ayah lagi menolong yang kebanjiran.. Upa mau kesana.. jawabku nanti,
ayah ke sini, tunggu bentar.. dengan asyiknya dia kembali main dibelakang meja
dan ku masih tetap membungkus nasi untuk korban banjir. ku tengok anakku di
belakang meja yang asyik main. Tiba-tiba dia tanya lagi. bu, kl ayah perginya
jauh? jawabku engga (kalau ku jawab jauh nanti nangis pengen ke ayahnya) dimana
bu? jawabku ke sana sambil mengarahkan telunjuk ke kiri luar gerbang posko. ku
bilang pada anakku ibu dan ayah lagi nolong korban banjir jadi upa juga bantuin
disini sama ibu, ku kembali dengan bungkusan nasi yang akan segera di
distribusikan.
Setelah
beres ku teringat, kupanggil Upa, Upa... nah lho ko ga nyaut ku cepat ke belakang meja ternyata tidak ada
keliling posko juga sama... paniklah
bagaimana anakku hilang kami nyebar cari sampai ke komplek dekat posko.
Kemana anakku??? Karena ku ceroboh, anakku hilang gimana... sudah ga karuan
hati, pikiranku.... Ya Allah haruskah kehilangan anakku disaat ku menolong
orang lain sungguh tidak adil pikirku saat itu. Air mataku keluar dengan
sendirinya, ku bingung. Ga sanggup kl harus kehilangannya. Kasian anakku
sendirian pasti lagi kebingungan. Setelah agak lama di ujung pandanganku
perempuan berteriak teteh ini anaknya. Subhanallah anakku ditemukan, ternyata
sudah diluar komplek bingung sendiri mau ke ayah. Ternyata salah pemikiranku
saat kalut. jika kita menolong orang
lain dengan ikhlas dan tulus tanpa pamrih pasti Allah takan ingkar janji.
Itu kenangan
takkan terlupakan juga pelajaran tuk
kita semua agar tidak lalai dalam
kondisi apapun. Walaupun begitu kami tidak jera bawa anak ke kegiatan karena
tujuannya mengajarkan bersosialisasi lebih luas, hanya kami jadi lebih selalu
waspada.
No comments:
Post a Comment