Wednesday, April 23, 2014

Ellis: Hilang di Posko Banjir, Lebih Dekat dengan PMI

Ku ingin berbagi cerita tentang anakku bila masih ada berusia 6 tahun. Alhamdulillah dia sempat merasakan, mengenal akan kegiatan PMI.

Itu saat kami piket di Pameran Kab. Bandung. Dengan tidak ada sedikitpun rasa takut, ragu dia meminta  diperiksa golongan darah “Yah, Upa juga mau.. jawabnya boleh, saya pun berkata ga takut sakit, darahnya keluar.. ga, khan ayah yang periksa...”  Maka bertambah pengalamannya dikegiatan PMI dan lebih berani.

Cerita kami dikegiatan PMI, yang sampai saat ini suka buatku sedih, merasa bersalah, apalagi kalau sampai terjadi ku ga bisa maafkan diriku. Allah maha tahu, maha penyayang. ” Ditahun 2010  diwilayah Baleendah terkena banjir ada beberapa titik posko, ditengah kesibukan kerja kami menyempatkan untuk  membantu di posko. Ku di posko kecamatan sedangkan suamiku di posko Cikarees untuk mobilisasi korban banjir.

Seperti biasa anak kami dibawa. Di posko Dapur Umum, dengan asyik ya sambil menyelam minum air. Bisa bersama anakku tanpa tertinggal kegiatan PMI.  Setelah lama diposko anakku menanyakan ayahnya. “Bu, kemana ayah ... jawabku ayah lagi menolong yang  kebanjiran.. Upa mau kesana.. jawabku nanti, ayah ke sini, tunggu bentar.. dengan asyiknya dia kembali main dibelakang meja dan ku masih tetap membungkus nasi untuk korban banjir. ku tengok anakku di belakang meja yang asyik main. Tiba-tiba dia tanya lagi. bu, kl ayah perginya jauh? jawabku engga (kalau ku jawab jauh nanti nangis pengen ke ayahnya) dimana bu? jawabku ke sana sambil mengarahkan telunjuk ke kiri luar gerbang posko. ku bilang pada anakku ibu dan ayah lagi nolong korban banjir jadi upa juga bantuin disini sama ibu, ku kembali dengan bungkusan nasi yang akan segera di distribusikan.

Setelah beres ku teringat, kupanggil Upa, Upa... nah lho ko ga nyaut  ku cepat ke belakang meja ternyata tidak ada keliling posko juga sama... paniklah  bagaimana anakku hilang kami nyebar cari sampai ke komplek dekat posko. Kemana anakku??? Karena ku ceroboh, anakku hilang gimana... sudah ga karuan hati, pikiranku.... Ya Allah haruskah kehilangan anakku disaat ku menolong orang lain sungguh tidak adil pikirku saat itu. Air mataku keluar dengan sendirinya, ku bingung. Ga sanggup kl harus kehilangannya. Kasian anakku sendirian pasti lagi kebingungan. Setelah agak lama di ujung pandanganku perempuan berteriak teteh ini anaknya. Subhanallah anakku ditemukan, ternyata sudah diluar komplek bingung sendiri mau ke ayah. Ternyata salah pemikiranku saat kalut. jika kita menolong orang lain dengan ikhlas dan tulus tanpa pamrih pasti Allah takan ingkar janji.

Itu kenangan takkan  terlupakan juga pelajaran tuk kita semua agar tidak lalai  dalam kondisi apapun. Walaupun begitu kami tidak jera bawa anak ke kegiatan karena tujuannya mengajarkan bersosialisasi lebih luas, hanya kami jadi lebih selalu waspada.  

No comments:

Post a Comment