Ini kisahku, cerita yang menjadi salah satu bab mengisi lembaran buku hidupku. Cerita ini dimulai ketika aku sedang menikmati masa kecilku, tepat ketika aku dan sahabatku bernama Anton duduk di kelas 5 SD. Aku dan Anton bersahabat mulai dari awal kita masuk sekolah. Kita sangat dekat sekali. Kita sering belajar bersama, bermain bersama, makan bersama dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya bersama. Umumnya anak kecil lainnya, kami sangat menikmati masa-masa Indah menjadi anak yang periang pada masa itu.
Suatu ketika, pada malam hari yang seharusnya kita sudah berada di rumah masing-masing. Kita berdua masih asik bermain di lapangan. Aku tidak ingat apa yang kita mainkan saat itu, tapi yang aku ingat adalah ketika kami bersama menaiki tepian tembok yang cukup tinggi dan tiba-tiba kejadian mengerikan itupun terjadi. Kulihat Anton terjatuh dari tembok kita berdiri dan kepalanya membentur batu besar di atas tanah. Darahnya pun mengalir banyak, membuat ku pusing dan takut saat itu.
Singkat cerita, Anton dilarikan ke rumah sakit oleh keluarganya. Aku dan keluargaku menyusul kesana. Ketika sampai disana, aku melihat Ibu Anton menangis tersengguk-sengguk tanpa henti. Aku pun bertanya pada orang tuaku. Mereka akhirnya memberitahuku kalau Anton sudah menninggal karena kehabisan darah dan tidak ada persediaan darah saat itu. Entah apa yang kufikirkan waktu itu, aku pun menyesal dan menangis kehilangan. Ibuku memeluk ku, aku lalu berkata
“aku gak mau kehilangan Anton, aku ingin menolongnya”.
Jawaban ibu ku masih ku ingat saat ini, jawaban yang menjadi motivasiku sampai sekarang
“Anton sudah tidak ada, kita sudah tidak bisa menolongnya, doakan saja dia, dan tolonglah orang lain, Anton pasti akan senang”
Waktu pun berlalu, aku mulai sekolahku di SMP. Saat itu ada beberapa pilihan extrakulikuler yang ditawarkan. Salah satunya PMR. Aku berfikir, ini wadah yang bisa aku gunakan untuk menebus keinginanku terhadap sahabatku. Aku mengikuti PMR, mempelajari semua ilmu yang diberikan oleh pelatih dan senior ku di eskul itu. Banyak manfaat yang kudapatkan, serta banyak kegiatan sosial yang aku ikuti. Yah, aku ingin menolong orang lain, seperti yang ibuku sampaikan agar sahabatku bahagia disana. Tahun berikutnya aku mengusulkan diadakannya kegiatan Donor Darah bersama PMI di sekolahku. Kami menghimpun warga sekitar untuk menyumbangkan darahnya, aku ingin menolong orang-orang yang membutuhkan darah seperti sahabatku saat malam mengerikan tersebut. Ingin ku menyumbangkan darah ku juga, tapi aku tidak diperbolehkan karena waktu itu umurku belum cukup.
Aku beranjak remaja, aku yang terus aktif dikegiatan PMR menjadikan ku ketua PMR ketika aku berada di SMU. Aku pun kembali mengusulkan acara donor darah bersama PMI di sekolahku ini. Kali ini aku diijinkan untuk mendonorkan darah ku karena sudah memenuhi persyaratan. Waktu itu aku sangat gugup dan senang, karena itu pertama kali aku menyumbangkan darah ku. Ssaat jarum itu menusuk ke lengan ku aku berkata dalam hati “Saksikanlah sahabatku, walau aku tidak bisa menolongmu saat itu, aku ingin menolong orang lain agar tidak sepertimu, semoga engkau bahagia melihatku disini, dan Tuhan menjagamu disana”.
Terima kasih PMI, tetaplah berbuat baik dan menolong orang lain di luar sana
No comments:
Post a Comment