Wednesday, April 23, 2014

Zqyu: Merah Darahku, Putih Niatku

Mendonor darah bukanlah perkara mudah. Memang hanya memberikan darah kita kepada orang lain, tapi betapa berharganya darah itu bagi yang membutuhkan.

Niatku bukanlah menjadi seorang pahlawan maupun dermawan. Aku pun bukanlah orang yang baik. Aku mendonorkan darahku hanya karena membalas budi kepada sesama.

Dalu, ketika umurku empat tahun aku mendapati sebuah musibah. Ketika aku sedang berlari-lari kecil di jalanan kompleks rumahku. Ketika itu aku terpeleset dan aku pun tersungkur menabrak pinggiran saluran pembuangan air didepan rumahku. Dan alhasil dahiku robek dan banyak mengeluarkan darah. Beberapa saat kemudan tetangaku menemuiku sedang memegangi dahiku yang terus mengeluarkan darah. Ia berteriak dan memanggil-manggil ibuku yang ketika itu sedang memasak di dapur. Dengan segera ibuku berlari menuju keluar rumah, padahal ia sedang mengandung calon adikku yang usia kandungannya baru berumur lima bulan.

Setelah ibuku menemuiku berlumuran darah, ia pun panik dan segera menghubungi seluruh tetangga yang terdekat. Kebetulan pada sore itu ayahku sedang pergi untuk beberapa urusan. Alhasil aku dibawa oleh dua pemuda yang tidak lain adalah tetanggaku. Dahiku yang bercucuran darah itu disumpal oleh saputangan salah satu dari mereka lalu aku dilarikan ke mantri terdekat menggunakan sepeda motor.

Sesampainya disana aku pun segera ditangani oleh sang mantri, dan beberapa saat kemudian ayahku pun datang kesana. Aku masih sadar dan mendengar bahwa aku banyak kehilangan darah, dan matri itu pun bilang aku harus diberi transfusi darah. Untungnya saja beberapa hari sebelum musibahku ini terjadi ada kegiatan bakti sosial berupa donor darah di kota. Alhasil dari kegiatan itupun klinik yang aku datangi ini mendapatkan sumbangan beberapa kantung darah. Dan syukur Alhamdulillah ada kantung darah yang golongan darahnya cocok denganku.

Setelah itu dahiku dijahit dan aku pun ditransfusi darah pada saat yang bersamaan, beberapa jam setelah itu kemudian kondisiku pun membaik. Malam harinya aku pun bisa kembali kerumah. Disana ibuku bersama para tetangga terlihat cemas, tapi aku baik-baik saja. Ketika aku melihat ibuku yang sangat cemas itu, aku pun sedikit sedih, dan merasa sangat bersalah. Namun, disamping itu aku merasa terpanggil oleh darah pendonor yang mengalir didalam darahku ini untuk ikut mendonorkan darahku ketika dewasa kelak.

Dan karena itulah aku yang sekarang berumur 18 tahun ini mendonorkan darahku. Untuk menolong sesama yang membutuhkan darahku, maka aku akan berikan darah ini semampuku. Dan untuk menghentikan wajah cemas dan tangis dari sanak sodara yang membutuhkan darahku tersebut.



No comments:

Post a Comment