Nining Sartini
bergegas pulang dari balai desa Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng,
Jakarta Barat. Perempuan berusia 41 tahun ini baru saja usai memberi penyuluhan
kepada warga kelurahan soal pentingnya siaga bencana.
“Maklumlah, Rawa
Buaya daerah langganan banjir, jadi masyarakat perlu disadarkan perkara siaga
sebelum banjir ini,” kata Nining, yang memiliki usaha warung sembako ini. Nining adalah seorang relawan. Ketertarikannya
bermula saat banjir besar tahun 2007 melanda Jakarta. Saat itu, hampir seluruh
rumah warga di lingkungannya terendam air.
“Sedih rasanya
melihat warga hanya pasrah melihat rumah mereka terendam banjir, padahal kita
harusnya bisa berbuat sesuatu,” kata perempuan yang lebih akrab dipanggil Bunda
ini. Melihat kondisi kampung dan warganya, Nining pun tergerak ingin membantu
sesuai kemampuannya. Ia mengaku tidak tahu bagaimana cara memulainya, sampai
suatu saat ia mengenal program Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) yang
diprakarsai Palang Merah Indonesia (PMI) di wilayah tersebut. Niat Nining
menyisihkan sebagian waktunya untuk menolong sesama akhirnya terpenuhi. Ia
memutuskan bergabung sebagai relawan SIBAT-PMI. Tekad Nining untuk membantu
warga dan lingkungannya agar terbebas dari banjir sungguh tak main-main.
Bersama 30 anggota SIBAT lainnya di Rawa Buaya, Nining rela menjelajahi setiap
jengkal lokasi di kelurahannya demi menentukan titik-titik jalur evakuasi warga
ke lokasi yang lebih aman apabila banjir terjadi.
“Hidup saya menjadi
lebih berarti. Apalagi hal yang paling berharga selain bisa membantu orang
lain?” ujar ibu yang punya hobi menyantap gado-gado ini.
No comments:
Post a Comment