Tuesday, April 15, 2014

Arhie: Sepotong Pengalaman menjadi Penulis di PMR

Saya berasal dari sebuah provinsi, Sulawesi Tenggara, Kota Kendari. Pada waktu itu, disekolah kami tidak ada sama sekali buku-buku tentang kepalangmerahan. Hanya ada materi yang terus-terusan di wariskan kepada generasi selanjutnya, yang mewajibkan kita untuk menulisnya di tiap pertemuan. Karena itu diwariskan, maka banyak sekali materi yang aneh, tahun-tahun sejarah yang belum pasti, dan juga beberapa materi yang tidak masuk akal. Beberapa kakak-kakak dari KSR (korps Sukarela) yang datang ke sekolah seringkali membetulkan materi yang salah. Namun tetap saja, materi kepalangmerahan waktu itu sulit sekali dicerna dan dihafalkan oleh para calon anggota. Mereka lebih senang menikmati keseruan yang ada di Palang Merah. seperti dapat teman baru, belajar membuat lipatan metela, membuat tandu atau menyanyikan mars palang merah. 

Akhirnya, saya yang sudah mengenal komputer sejak SD dan senang sekali berjam-jam di depan komputer. Mencoba meluangkan waktu untuk mengetik sedikit demi sedikit materi-materi Kepalangmerahan yang saya dapatkan disekolah. Dengan bantuan beberapa catatan tua senior dan alumni yang saya pinjam. Akhirnya saya bisa menyelesaikan sebuah buku Palang Merah Remaja versi saya. Waktu itu saya bagi menjadi beberapa bab. Materi Dasar, Sejarah, Pertolongan Pertama, Evakuasi, Anatomi, dan Hukum Pri-kemanusiaan Internasional. Karena terkesan lebih rapi, dan materi yang lebih lengkap. Waktu itu semua calon anggota PMR disekolah berebut untuk fotokopi (bahkan para senior juga ikut). Beberapa tahun kemudian, beberapa PMR sekolah yang tergabung dalam Latihan Gabungan terlihat menggunakan fotokopi hasil ketikan saya waktu SMP sebagai buku pegangan. Entah mereka dapat darimana. Yang jelas hasil ketikan itu jelas hasil ketikan saya sendiri. Sampai sekarang saya selalu merasa itu adalah Buku Pertama Saya. Meskipun tidak banyak yang mengakui. 

SMA saya kembali masuk ke Palang Merah Remaja. Saya mengikuti “kompetisi membuat buku Palang Merah Remaja” dengan Tema HIV dan AIDS. saya sendiri sangat puas dengan hasilnya. Kali ini tidak hanya sebuah tulisan yang isinya pengetahuan umum dengan asal print. Sudah ada cover yang sangat keren, ada foto penulis dan opini-opini yang sangat mengembangkan daya kreatifitas saya pada waktu itu. Buku itu dipuji habis-habisan oleh juri, sayang sekali. Karena kurang tidur dan blank saat presentasi saya benar-benar gagal total. Akhirnya tidak juara sama sekali. Tapi buku tersebut dibawa dan disimpan sebagai koleksi kecil-kecilan di Markas PMI kota. 

Satu kebanggaan ketika bergabung dengan Forpis (Forum Remaja Palang Merah Indonesia) Menginjak Pulau Jawa untuk pertama kali karena Prestasi. Meskipun hanya seminggu di Semarang (dan sempat sakit 3 hari) saya menemukan keluarga baru. Kami diberikan kebebasan untuk berkreatifitas menyusun dan mengumpulkan ide untuk PMR yang lebih baik di seluruh Indonesia. Saya juga bertemu Mas Indra, seorang Jurnalis senior dari Palang Merah Indonesia. kami membentuk tim media yang kami namakan Bawel (Berita Aktivitias Relawan). Bentuknya buletin, dan blog. Pertama kali kemampuan saya dalam mengoperasikan blog bermanfaat.

No comments:

Post a Comment