Tuesday, April 15, 2014

Arifatus: Ketika Perjuangan Berbuah Manis

Kisah ini bermula sejak tahun lalu. Pada penerimaan anggota KSR Kota Surabaya Angkatan XV. Saya dan beberapa teman mendaftar sebagai calon Anggota KSR. Kami melengkapi semua berkas kelengkapan persyaratan, termasuk fotokopi KTP, Surat Kesehatan dan surat Pernyataan untuk bersedia mengabdi Kepada PMI sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Selanjutnya kami diwajibkan untuk mengikuti diklat ruangan selama 120 jam (3 bulan selama sabtu dan minggu), kemudian diklat Lapangan selama 3 Hari.

Diklat Ruangan terus berjalan. Meskipun ada beberapa masalah yang muncul, namun semua itu terasa ringan karena suasana diklat penuh dengan rasa kekeluargaan. Kami saling menguatkan satu sama lain. Tidak jarang kami praktek bersama serta berdiskusi mengenai materi yang sulit. Kami merasa bahwa sejak awal diklat-diklat dimulai, sejak itulah kami bersaudara hingga waktu yang tidak ditentukan. 

Selanjutnya kami mulai disibukan dengan praktek dan simulasi. Setelah itu tepatnya bulan Agustus kami mulai ikut siaga lebaran. Masa-masa itu sangatlah mengharukan karena saya untuk pertama kalinya harus lebaran di Surabaya tanpa sanak saudara. Saya dan teman-teman KSR lain berjaga di beberapa titik siaga lebaran, seperti di terminal-terminal, tempat hiburan hingga masjid-masjid. Satu bulan setelah hari raya idul fitri kami mulai dibukkan dengan persiapan diklat lapangan. Diklat lapangan merupakan sarana mengenalkan tradisi KSR PMI Surabaya dari senior kepada anggota baru. Disana kami seolah-olah benar-benar berada di lokasi bencana maupun konflik. 

Sebuah kejadian yang tidak terduga dimulai pada hari kamis. Semua perlengkapan untuk diklat Lapangan telah siap untuk digunakan. Surat Izin Praktek Magang dari kepala sekolah sudah saya kantongi. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain. Suhu tubuh saya meningkat, kesehatan saya mulai menurun. Saya paksakan untuk meminum obat, makan yang cukup serta istirahat berharap agar sore hari ketika berangkat diklat lapangan saya sudah sehat. Namun hingga malam hari keadaan saya tidak kunjung sehat. Semua teman kelompok kebingungan karena kebetulan saya merupakan ketua kelompok. 

Karena penyakit asma yang sudah bertahun-tahun tidak kambuh tiba-tiba malam itu kambuh maka terpaksa saya harus periksa kedokter. Malam itu sebuah rahasia besar terungkap, ternyata saya terkena gejala diabetes dan mengalami permasalahan pada organ pencernaan yang dicurigai sebagai kanker. Dokter melarang keras saya untuk ikut Kegiatan Diklat lapangan, kemudian member saya surat keterangan untuk istirahat selama tiga hari. 

Malam itu perasaan saya benar-benar hancur. Perih hati saya memikirkan nasib kelompok saya, terutama nasib saya sendiri. Ketika Mimpi yang telah lama kamu perjuangkan diuji oleh sebuah penyakit, apa yang harus kamu lakukan? Menyerah atau realistis? Manakah yang harus dipilih? Bagaimanapun Keduanya terdengar seperti keputusasaan. Dalam kebimbangan kupasrahkan nasibku sepenuhnya kepada TUHAN. Berharap rencana Tuhan yang lebih Indah untukku. 

Semenjak sakit saya benar-benar menjaga kesehatan dan pola makan. Alhamdulillah, Dua bulan kemudian berita baik saya terima. Saya diberi kesempatan untuk mengikuti diklat Lapangan susulan dengan syarat saya harus sehat. Akhirnya setelah mengikuti diklat lapangan susulan, saya resmi menjadi anggota KSR PMI Kota Surabaya. 

Satu hikmah yang dapat saya petik adalah: Selama kita benar-benar tulus mengabdi untuk kemanusiaan, apapun yang menghadang, Tuhan tetap memberikan jalan.

No comments:

Post a Comment