Ini cerita tentang sahabatku, Aisyah namanya. Ia berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Aku bertemu dengannya di Universitas Jember tahun 2013. Kami bertemu karena kebetulan satu organisasi yakni Korps Sukarela PMI Unit Universitas Jember atau yang akrab disebut KSR PMI UNEJ.
Cerita berawal ketika aku menemaninya untuk donor darah di kampus. Memang Unit Donor Darah (UDD) Kabupaten Jember sering mengadakan donor darah sukarela di lingkungan kampus. Waktu itu aku hanya menemaninya sampai di sekitar lokasi donor, karena jujur saja aku takut untuk donor darah, takut sekali dengan yang namanya jarum. Setelah kurang lebih 15 menit, dia menghampiriku yang duduk agak jauh dari lokasi donor. Aku kaget dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Dia menghampiriku dengan tangis mendalam. Aku semakin berfikir bahwa donor darah itu memang sangat menyakitkan dan semakin takutlah aku dengan jarum.
Aku hanya diam melihatnya menangis, sambil berjalan pulang ke markas KSR aku pun tetap diam. Pasti Aisyah kesakitan setelah donor, pikirku. Hingga dijalan kita bertemu dengan temannya yang kemudian menyapa dan bertanya “Gimana donornya Syah? Diterima kan?”. Ditolak! Jawabnya kesal. Temannya hanya memberi saran dan menyemangatinya untuk mencoba kesempatan berikutnya. Aku heran, ternyata dia menangis karena donornya ditolak, bukan karena sakit. Ah, semakin tidak paham aku.
Esok harinya kutemui dia, daripada aku mati penasaran lebih baik aku tanyakan langsung. Aku hanya bertanya alasan kenapa ia menangis kemaren, dan tanpa ragu ia menceritakan semuanya padaku. “Aku sedih man, udah 14 kali aku mendaftar donor darah dan semuanya ditolak. Dulu katanya berat badanku kurang, aku sudah berusaha menambah berat badan tapi tetap saja ditolak. Kemaren petugasnya bilang kalau tekanan darahku rendah, aku terlalu sering tidur larut malam. Kesal aku man! Aku pengin banget donor man, aku pengen berbagi, aku pengen darahku bisa bermanfaat, bisa menolong mereka yang membutuhkan. Kenapa sih aku selalu saja ditolak? Padahal udah aku usahakan semua, aku pengen donor man! “ ucapnya.
Aku hanya terdiam mendengarnya, ternyata ada orang yang begitu bersemangat untuk berbagi pada sesama. Sedangkan aku sendiri tidak mau berbagi hanya karena alasan takut. Padahal aku belum mencobanya. Dengan nada pelan sambil merenung aku hanya mengatakan padanya untuk mencobanya lagi.
Beberapa hari kemudian di acara sosialisasi donor darah yang diadakan oleh KSR PMI UNEJ, dia-pun mencobanya lagi. Dengan antusias tinggi ia berharap kali ini pasti bisa donor. Dan akhirnya, untuk yang ke-15 kalinya ia ditolak. Sementara aku justru lari ketika diajak donor olehnya. Sepertinya sosialisasi donor darah belum mampu mengatasi ketakutanku.
Seminggu setelah sosialisasi, KSR PMI UNEJ mengadakan donor darah bersama. Kali ini ia lebih mempersiapkan semuanya. Mulai dari banyak makan, sampai tugas kuliah ia tinggal agar tidurnya tidak larut malam. Anak ini memang super semangatnya untuk donor darah. Sungguh mengejutkan ketika ia dinyatakan diterima untuk donor. Dengan senangnya ia berteriak memanggilku untuk mengabadikan moment ini. Tanpa ragu aku ambil satu foto saat donor darahnya yang pertama. Setelah 15 kali ditolak, ahirnya Aisyah bisa berbagi untuk saudara kita yang membutuhkan darah. Dan katanya itulah moment terindah. Aku terdiam. Dalam hati berjanji, aku akan donor darah.
luar biasa !
ReplyDeletesangat menginspirasi !
keren gan.. ane takut juga buat donor.. :v
ReplyDeleteklo nurut i takut darah ane gak bisa bermanfaat buat sesama.. pelan-pelan nata mental dah biar bisa berbagi kyk Aisyah.
:)
ReplyDeletesangat menginspirasi....
smg Oman jg cpt memberanikan diri utk donor...
wah luar biasa..!
ReplyDeleteandai saja semua orang terutama yg tak berhalangan untuk mendonorkan darah berfikiran seperti itu.. semoga mereka2 terinspirasi dari kisah ini..:D
berbagi itu lebih indah (y)
ReplyDelete