Wednesday, April 9, 2014

Dimas: Jarum Pertamaku

Tepat pada tahun 2007 pada bulan Mei usiaku sudah memasuki 17th. Di tahun yang sama pada bulan Desember tepat tanggal 21, Aku diajak oleh kawan untuk melakukan kegiatan sosial yaitu menyumbangkan setetes darah untuk mereka yang membutuhkan. Pada awalnya Aku merasa ragu dan takut untuk melakukan kegiatan donor darah. Banyak sekali sugesti menakutkan akan prosedur donor darah, mulai dari pengecekan golongan darah, tensi darah, serta ukuran jarum yang hrus menancap untuk mengembil beberapa cc darah dari tubuhku. Namun itu semua diyakinkan oleh kawanku, bahwa semua prosedur donor darah tidaklah semenakutkan apa yang telah ku bayangkan.

Kami pun berangkat ke PMI Surabaya yang berada di jalan Embong Ploso 7-15. Sesampainya di PMI, Saya diarahkan untuk mengisi formulir pendaftaran sebagai pendonor baru dengan warna biru. Setelah melakukan pengisian formulir pendaftaran, tahap selanjutnya adalah melakukan cek golongan darah yang ternyata Saya bergolongan darah AB+, dan dilanjutkan melakukan tensi darah. Setelah melakukan pengecekan golongan darah dan tensi darah, saatnya untuk mendonorkan darah yang ada di dalam tubuh kita, namun sebelum mendonorkan darah, setiap pendonor diwajibkan untuk membersihkan lengan dengan tujuan, lengan calon pendonor bersih dari kuman dan bakteri.

Donor darah pun dimulai, suster menyakan dengan sopan kepada Saya, “Ingin donor sebelah kanan atau kiri?” Sayapun menjawab dengan ramah, “ Sebelah kiri”. Saya memilih kiri dengan tujuan, pasca donor darah tangan Saya tidak sakit ketika mengendarai sepeda motor. Jarum pertama pun Aku rasakan dengan harap-harap cemas, karena pada saat suster membawa kantong darah, terdapat jarum yang memiliki ukuran cukup besar sehingga pikiran dan hatiku pun gelisah kembali. Dan Saya merasa dibohongi oleh kawan Saya.

“Gini katanya kecil, lah kok besar seperti jarum jahit kasur, “ gunamku pada kawan yang mengajakku.

Pasca donor darah Aku menarik kata-kataku kembali atas ukuran jarum untuk donor darah. Setelah peristiwa pertama melakukan donor darah, Saya mulai sadar akan kesehatan dan manfaat yang didapat dari mendonorkan darah. Dan sampai saat ini, Saya masih menjadi pendonor aktif. Sudah hampit tujuh tahun telahku lewati dan tak disangka Saya mendapat pengghargaan 10x oleh PMI. Namun bukan penghargaan itu yang kucari, yang kucari adalah kesehatan jasmani dan rohani. Selain kita sehat karena mendonorkan darah, kita juga sehat rohani karena membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan darah. Semoga pembaca dapat mengambil hikmah dari kisah jarum pertamaku dan mendapat manfaat. Aamiin. 

3 comments:

  1. Siph... Keren bgt kisahnya Dimas,
    Semoga apa yang dilakukan dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi yang membaca kisah ini ^_^

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete