Tepat pada tahun 2007 pada bulan Mei
usiaku sudah memasuki 17th. Di tahun yang sama pada bulan Desember
tepat tanggal 21, Aku diajak oleh kawan untuk melakukan kegiatan sosial yaitu
menyumbangkan setetes darah untuk mereka yang membutuhkan. Pada awalnya Aku
merasa ragu dan takut untuk melakukan kegiatan donor darah. Banyak sekali
sugesti menakutkan akan prosedur donor darah, mulai dari pengecekan golongan
darah, tensi darah, serta ukuran jarum yang hrus menancap untuk mengembil
beberapa cc darah dari tubuhku. Namun itu semua diyakinkan oleh kawanku, bahwa
semua prosedur donor darah tidaklah semenakutkan apa yang telah ku bayangkan.
Kami pun berangkat ke PMI Surabaya yang berada di
jalan Embong Ploso 7-15. Sesampainya di PMI, Saya diarahkan untuk mengisi
formulir pendaftaran sebagai pendonor baru dengan warna biru. Setelah melakukan
pengisian formulir pendaftaran, tahap selanjutnya adalah melakukan cek golongan
darah yang ternyata Saya bergolongan darah AB+, dan dilanjutkan melakukan tensi
darah. Setelah melakukan pengecekan golongan darah dan tensi darah, saatnya untuk
mendonorkan darah yang ada di dalam tubuh kita, namun sebelum mendonorkan
darah, setiap pendonor diwajibkan untuk membersihkan lengan dengan tujuan,
lengan calon pendonor bersih dari kuman dan bakteri.
Donor darah pun dimulai, suster menyakan dengan sopan
kepada Saya, “Ingin donor sebelah kanan atau kiri?” Sayapun menjawab dengan
ramah, “ Sebelah kiri”. Saya memilih kiri dengan tujuan, pasca donor darah
tangan Saya tidak sakit ketika mengendarai sepeda motor. Jarum pertama pun Aku
rasakan dengan harap-harap cemas, karena pada saat suster membawa kantong
darah, terdapat jarum yang memiliki ukuran cukup besar sehingga pikiran dan
hatiku pun gelisah kembali. Dan Saya merasa dibohongi oleh kawan Saya.
“Gini katanya kecil, lah kok besar seperti jarum jahit
kasur, “ gunamku pada kawan yang mengajakku.
Pasca donor darah Aku menarik kata-kataku kembali atas
ukuran jarum untuk donor darah. Setelah peristiwa pertama melakukan donor
darah, Saya mulai sadar akan kesehatan dan manfaat yang didapat dari
mendonorkan darah. Dan sampai saat ini, Saya masih menjadi pendonor aktif.
Sudah hampit tujuh tahun telahku lewati dan tak disangka Saya mendapat
pengghargaan 10x oleh PMI. Namun bukan penghargaan itu yang kucari, yang kucari
adalah kesehatan jasmani dan rohani. Selain kita sehat karena mendonorkan
darah, kita juga sehat rohani karena membantu saudara-saudara kita yang
membutuhkan darah. Semoga pembaca dapat mengambil hikmah dari kisah jarum
pertamaku dan mendapat manfaat. Aamiin.
Siph... Keren bgt kisahnya Dimas,
ReplyDeleteSemoga apa yang dilakukan dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi yang membaca kisah ini ^_^
mksih unt.. :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete