Wednesday, April 16, 2014

Dinda Ameilia : Aku, Fi'ah, Dan Si Kantong Merah

Aku dan Fi’ah adalah dua dari sekian juta orang di Indonesia yang menggunakan kesempatan mendonorkan darahnya untuk membantu sesama. Kami hampir tak pernah melewatkan kegiatan donor darah di kampus kami, dengan catatan kami memang memenuhi persyaratan sebagai pendonor. Ada dua pengalaman yang tak bisa kulupakan bersama Fi’ah ketika kami mengikuti kegiatan donor darah di kampus kami. 

Pengalaman yang pertama adalah pada saat kegiatan donor darah yang diadakan oleh pihak medical center universitas. Pada hari itu aku dan Fi’ah dengan semangat melangkahkan kaki menuju tempat pendonoran darah di medical center yang bekerjasama dengan PMI tersebut, ternyata disana ada banyak sekali pendonor sehingga kami mau tak mau harus ikut mengantri. Setelah cukup lama mengantri akhirnya giliran Fi’ah mendonorkan darahnya, ketika Fi’ah sedang dicek tensinya tiba-tiba ada salah satu pendonor menjerit setelah mendonorkan darahnya, ternyata pendonor tersebut tidak sabar untuk lebih lama melipatkan sikunya sehingga darah mengucur keluar dari bekas tusukan jarum donornya. Nyali Fi’ah menciut. Meski ini bukan pengalaman pertamanya namun ia takut jika ia mengalami kejadian yang sama dengan pendonor tadi. Aku mencoba meyakinkan Fi’ah dan membujuknya untuk tetap mendonorkan darahnya dengan alasan kemanusiaan, dan akhirnya Fi’ah melanjutkan pendonoran darahnya hingga selesai. 

Pengalaman selanjutnya masih di tempat yang sama di waktu yang berbeda. Beberapa hari sebelum kami mendatangi medical center, aku mendapatkan pesan singkat dari salah satu pengurus organisasi kampus yang menyatakan bahwa pada hari kamis akan diadakan kegiatan donor darah di student center pukul 9 pagi. Tepat jam 9 pagi di hari kamis aku dan Fi’ah berjalan menuju tempat tersebut, tetapi sesampainya disana kami tidak menemukan atribut atau spanduk-spanduk yang menunjukkan bahwa di tempat tersebut ada kegiatan donor darah, kemudian kami mulai berjalan mengelilingi medical center dan sekitarnya, barang kali tempat donor darahnya dipindah, tapi ternyata hasilnya nihil. Setelah lelah mencari, Fi’ah memintaku untuk mengecek kembali pesan singkatku, namun aku menolaknya karena aku sangat yakin kalau aku tidak salah tempat. Fi’ah terus memaksaku karena dia tipe orang yang tidak suka ketidakpastian, dan pada akhirnya aku membuka pesan tersebut, ternyata aku kurang teliti dalam membaca pesan, donor darah baru akan diadakan pada hari kamis minggu depan. Tawaku dan Fi’ah meledak seketika ketika aku membacakan pesan singkat itu. Aku dan Fi’ah menertawakan keteledoranku. 

Di kampus, aku dan Fi’ah cukup gencar mengajak teman-teman satu jurusan untuk mengikuti donor darah, alhamdulillah selalu ada yang ikut meskipun hanya satu atau dua orang saja yang diperbolehkan untuk memerahkan kantong darah yang disediakan PMI. Semoga semangatku dan Fi’ah dalam membantu sesama, pada khususnya menjadi pendonor darah, bisa menular dan menginspirasi banyak orang untuk mendonorkan darahnya juga. 

Terima kasih untuk PMI, karena engkau merupakan jembatan penghubung bagi kami sebagai pendonor dan mereka yang membutuhkan pendonor. Semoga kegiatan sosial ini senantiasa terjaga agar kami bisa membantu sesama yang sangat membutuhkan bantuan transfusi darah karena “Setetes darah anda menyelamatkan nyawa sesama”.

2 comments: