Monday, April 14, 2014

Munawaroh: Menjadi Gila Saat Bencana

Siamo! Perkenalkan, namaku Munawaroh (wakil koordinator FORPIS kabupaten Pekalongan, Jateng). Saya anggota PMR Wira SMK 1 Kedungwuni Pekalongan. Pertama kali mengenal PMR di SMP membuatku penasaran, hal itu berlanjut sampai saya SMK untuk mengenal lebih jauh tentang PMR. 

Peran sertaku di PMI bermula ketika saya dikukuhkan menjadi wakil dari sekolah sebagai anggota FORPIS. Sehingga sering terlibat dalam kegiatan PMI seperti menjadi peserta Pelatihan Tanggap Darurat Bencana oleh PMI di kabupatenku. Selama mengikuti Pelatihan bersama kawan-kawan KSR dan FORPIS, banyak pengalaman saya dapatkan disini. Mulai dari curhatan kawan KSR yang sudah berpengalaman sampai yang baru bergabung dengan PMI. Kami semua menjadi sebuah keluarga yang terbentuk karena latar belakang yang berbeda, tetapi mempunyai tekad yang sama yaitu mengabdi pada PMI. 

Selain kawan baru, saya mendapatkan pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup di organisasi PMI ini. Pada simulasi tanggap darurat bencana oleh PMI Cabang Kabupaten Pekalongan, mau tidak mau harus melaksanakan karakter saya sebagai orang yang keterbelakangan mental. Bisa kawan bayangkan bagaimana susahnya menjadi orang lain? Berkarakter yang berbeda pula. Awalnya saya pesimis karena tak berpengalaman berakting. Tetapi, saya berpikir bahwa bagaimana seseorang akan mendapatkan pengalaman? Jika orang itu tidak pernah berani mencoba? Bukankah pengalaman akan didapatkan setelah mencoba untuk mengalaminya? 

Ternyata teori saya berhasil. Orang gila yang sering membuat kegaduhan di sana sini, berhasil saya lakukan. Saya berperan menjadi Paijem, seorang ibu tua menjadi korban tanah longsor dan keterbelakangan mental. Akibat bencana tanah longsor di daerahnya. Paijem menjadi setres kemudian gila karena kehilangan suaminya yang meninggal akibat tertimpa balok blandar rumahnya. Paijem juga terpisah dari anak satu-satunya beserta 3 ekor sapi yang mati karena tertimbun tanah longsoran. Karena Paijem yang tidak dapat menerima kenyataan, maka Paijem pun terbebani dan mentalnya terganggu. Siapapun yang di dekatnya, pasti akan diserangnya. 

Peran ini juga saya manfaatkan untuk menyalurkan emosi saya yang bertumpul-tumpuk. Kata pepatah “Sambil menyelam, minum air”. Beginilah, sambil saya berakting untuk keperluan film simulasi, saya juga dapat menyalurkan emosi saya. Selain bermanfaat bagi pribadi, kegiatan ini juga dirasakan “keajaibannya” oleh kawan KSR dan FORPIS lainnya yang bangga menjadi bagian dari PMI. 

Pengalaman berakting menjadi orang gila pun saya dapatkan dan membuat saya mudah dikenal oleh kawan-kawan PMI. Karena mendapatkan banyak saudara itulah, membuat saya sangat betah berkecimpung di kepalangmerahan walaupun saya masih muda. Kegiatan simulasi ini memicu untuk lebih professional dan bertanggung jawab terhadap apa yang harus saya perankan. 

Apa yang saya dapatkan pada kegiatan PMI, dapat ditularkan kepada adik kelas saya, baik Wira maupun Madya. Saya percaya bahwa pengalaman di organisasi kepalangmerahan akan bermanfaat bagi masa depan.

No comments:

Post a Comment