Wednesday, April 16, 2014

T. Eka Panny : Dadang, Sang Patriot PMI

Hari itu merupakan hari terkhir kuliah kami disemester satu, hari itu pula temanku dadang resmi mendaftar menjadi anggota Palang Merah Indonesia yang memiliki cabang di Kampusku. KSR 001 Unsyiah kalau tidak salah sebutannya, aku juga melihat dilogo jahitan di sebelah kiri jaket milik dadang. Pada awalnya aku juga diajak dadang untuk ikut serta mendaftar menjadi salah satu anggota PMI, tapi aku menolaknya. Banyak alasan yang menjadi faktor penolakanku pada saat itu, salah satunya adalah kondisi badanku yang kurus kering ini tidak akan sanggup untuk mengikuti pelatihan PMI yang katanya sangat berat itu. Beberapa kali dadang mengajakku ikut serta tapi aku tetap enggan menerima tawaran dadang pada saat itu. 

Pada awal-awal pelatihan dadang terlihat sangat kurus, aku berfikir mungkin pelatihannya sangat berat baginya. Aku tak pernah berkata apa-apa, itu adalah pilihannya fikirku. Akhirnya setelah berjalan beberapa tahun, dadang memiliki posisi yang lumayan di PMI tersebut. Dia sudah menjabat sebagai Komandan KSR PMI Unsyiah, hal tersebut sedikit banyak menyita kegiatan kuliahnya. Bahkan dia sering bolos kuliah karena padatnya jadwal kegiatan PMI tersebut. 

AKu sempat merasa kesal dengan dadang, dia dengan mudah melalaikan kewajibannya untuk belajar karena sibuk dengan urusan PMI. Terus terang pada saat itu aku tak begitu tahu apa dan bagaimana sebenarnya kegiatan dia di PMI pada waktu itu. Aku hanya berfikir seperti orang awam lainnya. Hanya berfikir dan berkomentar tanpa melihat realita yang ada. 

Hingga tibalah suatu malam, paman dan saudaraku sepupuku mengalami kecelakaan yang sangat serius. Kejadiannya tengah malam, saat itu paman dan sepupuku sedang dalam perjalanan ke luar kota. Namun naasnya pada saat itu terjadi kecelakaan karena ada mobil yang menabrak kendaraan mereka secara tiba-tiba. Setelah kejadian itu, paman dan sepupuku segera dilarikan ke rumah sakit. Sesampainya aku di rumah sakit, aku diberitahu oleh dokter bahwa paman dan sepupuku harus segera dioperasi dan mereka membutuhkan banyak darah. 

Aku sempat bingung harus mencarinya dimana, aku menghubungi dadang dan memberitahukan kejadian yang menimpa paman dan sepupuku padanya. Lalu mengenai darah tersebut aku juga menjelaskan pada dadang, dia berkata aku tidak perlu kawatir. Dia menanyakan golongan darah apa saja yang diperlukan pihak rumah sakit, aku memberitahukannya. 

Lalu aku menuju ke PMI pusat, ternyata disana sudah ada dadang dan beberapa anggota PMI lainnya. Mereka sedang diambil darahnya oleh petugas PMI yang piket tengah malam itu. Aku tertegun, melihat antusiasme teman-teman dadang sesame anggota PMI yang rela malam-malam datang mendonorkan darahnya untuk paman dan sepupuku. Aku sempat merasa tidak enak pada dadang karena aku telah memandang dadang dari perspektif yang salah. Aku baru sadar, betapa berat tugas yang diemban dadang selama ini. Satu sisi sebagai mahasiswa yang bertugas untuk menuntut ilmu, dilain sisi dia menjadi salah satu anggota PMI yang memiliki tugas untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan. 

Setelah malam ini, aku memiliki pandangan yang berbeda terhadap dadang. Dalam hidup, ada hal-hal lain yang menjadi pertimbangan dalam menilai orang lain. Seperti aku dulunya hanya melihat mahasiswa dari prestasi IPK, tapi lihatlah dadang walau lemah di bidang akademik tapi memiliki prestasi yang luar biasa di PMI.

No comments:

Post a Comment