Hari itu merupakan hari terkhir kuliah kami disemester satu, hari itu pula temanku dadang
resmi mendaftar menjadi anggota Palang Merah Indonesia yang memiliki cabang di Kampusku. KSR 001
Unsyiah kalau tidak salah sebutannya, aku juga melihat dilogo jahitan di sebelah kiri jaket milik dadang.
Pada awalnya aku juga diajak dadang untuk ikut serta mendaftar menjadi salah satu anggota PMI, tapi
aku menolaknya. Banyak alasan yang menjadi faktor penolakanku pada saat itu, salah satunya adalah
kondisi badanku yang kurus kering ini tidak akan sanggup untuk mengikuti pelatihan PMI yang katanya
sangat berat itu. Beberapa kali dadang mengajakku ikut serta tapi aku tetap enggan menerima tawaran
dadang pada saat itu.
Pada awal-awal pelatihan dadang terlihat sangat kurus, aku berfikir mungkin pelatihannya
sangat berat baginya. Aku tak pernah berkata apa-apa, itu adalah pilihannya fikirku. Akhirnya setelah
berjalan beberapa tahun, dadang memiliki posisi yang lumayan di PMI tersebut. Dia sudah menjabat
sebagai Komandan KSR PMI Unsyiah, hal tersebut sedikit banyak menyita kegiatan kuliahnya. Bahkan dia
sering bolos kuliah karena padatnya jadwal kegiatan PMI tersebut.
AKu sempat merasa kesal dengan dadang, dia dengan mudah melalaikan kewajibannya untuk
belajar karena sibuk dengan urusan PMI. Terus terang pada saat itu aku tak begitu tahu apa dan
bagaimana sebenarnya kegiatan dia di PMI pada waktu itu. Aku hanya berfikir seperti orang awam
lainnya. Hanya berfikir dan berkomentar tanpa melihat realita yang ada.
Hingga tibalah suatu malam, paman dan saudaraku sepupuku mengalami kecelakaan yang
sangat serius. Kejadiannya tengah malam, saat itu paman dan sepupuku sedang dalam perjalanan ke
luar kota. Namun naasnya pada saat itu terjadi kecelakaan karena ada mobil yang menabrak kendaraan
mereka secara tiba-tiba. Setelah kejadian itu, paman dan sepupuku segera dilarikan ke rumah sakit.
Sesampainya aku di rumah sakit, aku diberitahu oleh dokter bahwa paman dan sepupuku harus segera
dioperasi dan mereka membutuhkan banyak darah.
Aku sempat bingung harus mencarinya dimana, aku menghubungi dadang dan memberitahukan
kejadian yang menimpa paman dan sepupuku padanya. Lalu mengenai darah tersebut aku juga
menjelaskan pada dadang, dia berkata aku tidak perlu kawatir. Dia menanyakan golongan darah apa saja
yang diperlukan pihak rumah sakit, aku memberitahukannya.
Lalu aku menuju ke PMI pusat, ternyata disana sudah ada dadang dan beberapa anggota PMI
lainnya. Mereka sedang diambil darahnya oleh petugas PMI yang piket tengah malam itu. Aku tertegun,
melihat antusiasme teman-teman dadang sesame anggota PMI yang rela malam-malam datang
mendonorkan darahnya untuk paman dan sepupuku. Aku sempat merasa tidak enak pada dadang
karena aku telah memandang dadang dari perspektif yang salah. Aku baru sadar, betapa berat tugas
yang diemban dadang selama ini. Satu sisi sebagai mahasiswa yang bertugas untuk menuntut ilmu,
dilain sisi dia menjadi salah satu anggota PMI yang memiliki tugas untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan bantuan.
Setelah malam ini, aku memiliki pandangan yang berbeda terhadap dadang. Dalam hidup, ada
hal-hal lain yang menjadi pertimbangan dalam menilai orang lain. Seperti aku dulunya hanya
melihat mahasiswa dari prestasi IPK, tapi lihatlah dadang walau lemah di bidang akademik tapi memiliki
prestasi yang luar biasa di PMI.
No comments:
Post a Comment