Saya seorang pelajar
dan juga seorang relawan PMI (anggota KSR) di salah satu kota di Jawa Barat.
Tepatnya pada tanggal 2 Maret 2014, itu pertama kalinya saya melakukan
assessment di sebuah lokasi Bencana tanah longsor. Malam sebelumnya memang terjadi
banyak kejadian Bencana longsor di beberapa lokasi dan salah satunya tempat
yang akan saya datangi.
Sepulang sekolah saya
langsung menuju markas PMI dan bersama seorang relawan lainnya saya menuju lokasi
bencana. Setelah berkoordinasi dengan kantor kelurahan setempat, kami langsung diantar
menuju lokasi bencana yang melewati jalan setapak dan gang-gang sempit. Lokasi kejadian
berupa rumah-rumah di bantaran sungai kecil yang berhimpitan satu dengan lainnya
yang sebagiannya masih ada bekas tertimbun tanah. Setibanya kami di lokasi,
warga masih sibuk bergotong-royong membereskan sisa-sisa longsor semalam.
Selanjutnya kami
bertemu dengan salah seorang warga disana dan menanyakan kronologis kejadiannya.
“Kejadiannya sekitar
pukul 8 malam. Mungkin akibat hujan yang mengguyur sejak sore yang menjadi penyebab
longsor ini” kata seorangwarga disana.
“Disini memang sering terjadi longsor, karena tembok bangunan pelatihan militer
di atas itu yang dibangun sembarangan tanpa memperhatikan kondisi tanah dibawahnya.
Warga disini sudah berusaha membangun tanggul untuk menahan tanah diatas, tetap
percuma. Kami juga sudah meminta bantuan kepada pemerintah setempat namun sampai
sekarang belum ada tanggapan.” keluh korban yang rumahnya dilewati air sungai
yang meluap.
Setelah diamati,
memang benar kondisi tanah diatas rumah tersebut sangat membahayakan. Tanahnya
yang curam dan tanpa tanggul yang menahannya dibawah menjadi salah satu factor rawannya
longsor di daerah ini.Tak hanya longsor, sebagian rumah warga juga sempat digenangi
air luapan sungai kecil yang ada di daerah itu tepat dibawah runtuhan tanah longsor
tersebut.
Setelah itu kami
menanyakan kebutuhan korban untuk sementara ini. Yang sudah pasti yaitu pakaian
layak pakai, disebabkan sebagian besar pakaian korban kotor bekas tergenang air
sungai. Korban juga meminta pakaian serta keperluan bayi.
Setelah kami
mendapatkan semua keterangan yang dibutuhkan, kami berterima kasih kepada warga
dan langsung pamit. Sebelum pamit, salah seorang warga berkata “Terima kasih
mas, mbak sudah menyempatkan datang ke sini. Sebenarnya tanpa harus diberi bantuan juga warga disini sudah senang karena
sudah diperhatikan atas apa yang sudah menimpa kami. Sekali lagi terima kasih”
kurang lebih seperti itu.
Kalimat terakhir itu
sungguh asing, jarang terdengar di telinga saya. Mungkin beberapa korban bencana
di beberapa daerah di Indonesia ini tak berharap lebih. Hanya mengharapkan perhatian
dan tindak lanjut dari beberapa orang yang peduli atas apa yang mereka alami.
Disinilah kita berdiri,
di bumi pertiwi tercinta. Bersama mendarmakan bakti bagi ampera. Saya bangga menjadi
relawan PMI!
No comments:
Post a Comment