Thursday, April 10, 2014

Aldy: Kami Butuh Hal Sederhana

Saya seorang pelajar dan juga seorang relawan PMI (anggota KSR) di salah satu kota di Jawa Barat. Tepatnya pada tanggal 2 Maret 2014, itu pertama kalinya saya melakukan assessment di sebuah lokasi Bencana tanah longsor. Malam sebelumnya memang terjadi banyak kejadian Bencana longsor di beberapa lokasi dan salah satunya tempat yang akan saya datangi.

Sepulang sekolah saya langsung menuju markas PMI dan bersama seorang relawan lainnya saya menuju lokasi bencana. Setelah berkoordinasi dengan kantor kelurahan setempat, kami langsung diantar menuju lokasi bencana yang melewati jalan setapak dan gang-gang sempit. Lokasi kejadian berupa rumah-rumah di bantaran sungai kecil yang berhimpitan satu dengan lainnya yang sebagiannya masih ada bekas tertimbun tanah. Setibanya kami di lokasi, warga masih sibuk bergotong-royong membereskan sisa-sisa longsor semalam.

Selanjutnya kami bertemu dengan salah seorang warga disana dan menanyakan kronologis kejadiannya.

“Kejadiannya sekitar pukul 8 malam. Mungkin akibat hujan yang mengguyur sejak sore yang menjadi penyebab longsor ini” kata seorangwarga disana.    
                                                   
“Disini memang sering terjadi longsor, karena tembok bangunan pelatihan militer di atas itu yang dibangun sembarangan tanpa memperhatikan kondisi tanah dibawahnya. Warga disini sudah berusaha membangun tanggul untuk menahan tanah diatas, tetap percuma. Kami juga sudah meminta bantuan kepada pemerintah setempat namun sampai sekarang belum ada tanggapan.” keluh korban yang rumahnya dilewati air sungai yang meluap.


Setelah diamati, memang benar kondisi tanah diatas rumah tersebut sangat membahayakan. Tanahnya yang curam dan tanpa tanggul yang menahannya dibawah menjadi salah satu factor rawannya longsor di daerah ini.Tak hanya longsor, sebagian rumah warga juga sempat digenangi air luapan sungai kecil yang ada di daerah itu tepat dibawah runtuhan tanah longsor tersebut.

Setelah itu kami menanyakan kebutuhan korban untuk sementara ini. Yang sudah pasti yaitu pakaian layak pakai, disebabkan sebagian besar pakaian korban kotor bekas tergenang air sungai. Korban juga meminta pakaian serta keperluan bayi.

Setelah kami mendapatkan semua keterangan yang dibutuhkan, kami berterima kasih kepada warga dan langsung pamit. Sebelum pamit, salah seorang warga berkata “Terima kasih mas, mbak sudah menyempatkan datang ke sini. Sebenarnya tanpa harus diberi bantuan juga warga disini sudah senang karena sudah diperhatikan atas apa yang sudah menimpa kami. Sekali lagi terima kasih” kurang lebih seperti itu.

Kalimat terakhir itu sungguh asing, jarang terdengar di telinga saya. Mungkin beberapa korban bencana di beberapa daerah di Indonesia ini tak berharap lebih. Hanya mengharapkan perhatian dan tindak lanjut dari beberapa orang yang peduli atas apa yang mereka alami.

Disinilah kita berdiri, di bumi pertiwi tercinta. Bersama mendarmakan bakti bagi ampera. Saya bangga menjadi relawan PMI!



No comments:

Post a Comment