Matahari masih mengintip sendu dibalik gunung, menggelayut
merdu kicauan burung menyambut pagi. Aku dan teman-teman masih bermain bersama
mimpi. Sayup-sayup terdengar suara lantang milik seseorang.
“Bangun dek, bangun
kita shalat shubuh berjamaah”.
Tersadar, lalu bangkit dengan nyawa yang masih berkeliaran
entah kemana. Bersiap lalu shalat berjamaah dan olahraga pagi. Lalu berkumpul
untuk sarapan. Ini hari kedua dari kegiatan kepalangmerahan yang diadakan PMI
di kotaku. Banyak cerita terlahir disini,
banyak cinta hadir dalam sebuah diskusi. Banyak tawa
lalu bahagia serasa mengalir dalam setiap kalimat. Banyak ilmu yang diajarkan
dengan kasih. Kekerabatan paling utama disini.
Ini cerita pertama aku bergabung dengan PMR di sekolahku. Setelah melihat betapa
menyenangkan menjadi keluarga dari relawan-relawan yang berjuang dengan
ketulusan. Jadi, saat itu aku tengah istirahat di kelasku.
Sekilas teman bercerita tentang kakak-kakak relawan yang langsung terjun tanpa
pamrih meneolong ketika ada suatu daerah yang tertimpa bencana. Tak pikir
panjang, akupun tertarik untuk bergabung. Katanya, disini kita adalah keluarga.
Tidak ada sekat yang memisahkan antara junior den senior. Disini kita belajar bersama, memimpin bersama, berjuang bersama,
lalu menyayangi sesama.
Dalam sepotong roti kami
berbagi, dalam sebungkus nasi kami saling memberi rasa, dalam segelas air kami
melepas dahaga. Banyak cerita yang kami lewati. Bagaimana menolong, bagaimana
menyambut, bagaimana mengakui kesalahan, bagaimana menerima kekurangan. Semua
diajarkan dengan cinta.
Tegas dan beribawa. Itu sosok yang selalu kami jumpai dari
kakak-kakak relawan. Bukan berarti kami tak pernah jengkel, ada saatnya suara
kami sumbang, ada saatnya tangan kami tak disambut, namun di lain waktu mereka mengajarkan kami
bagaimana mengolah ego. Bagaimana menjadi mandiri,
bagaimana menjadi lebih kreatif.
Semakin lama berada disini, aku menjadi sadar inilah
keluargaku. Ini orang-orang yang dulu namanya sering kudengar lewat cerita. Ini
tempat yang dulu sering kulihat di telivisi.
Itu saat ada bencana mereka bergerak. Tidak menunggu upah, tidak mengharap
pamrih. Ini kali pertama aku benar-benar merasa berguna untuk hidup, ini kali
pertama aku datang ke tempat asing
namun disambut penuh cinta, ini tempat dimana senior tak hanya sekedar teman,
namun keluarga. Ini tempat dimana aku selalu ingin kembali. Ini tempat dimana
aku selalu ingin membagi kisah. Membagi sepotong roti
yang kupunya, membagi sebungkus nasi agar dapat sekedar
saling bersuap. Ini tempat dimana aku tak pernah merasa menjadi junior. Ini
tempat dimana aku bebas memberi saran. Ini tempat dimana aku diajarkan
bagaimana marah dengan anggun.
Bagiku, PMR bukan hanya sebuah forum, bukan hanya sebuah
organisasi, bukan hanya sekedar tempat belajar, tidak hanya sebatas mencari
pengalaman, bukan hanya untuk membuat kita berguna.
Ini lebih dari sekedar cerita. Ini
tempat dimana aku selalu ingin kembali.
Aku mengakhiri ceritaku, lalu tepuk tangan ramai. Hari ini
aku berkesempatan untuk berbagi kisah dengan adik-adik PMR Madya.
Ini namanya ekspres feeling. Itu loh semacam permainan mengungkapkan perasaan. Nah, kegiatan ini
yang selalu aku rindukan dalam agenda kegiatan PMRku. Dan aku senang, hari ini
ceritaku diterima dengan baik oleh adik-adik PMR Madya.
No comments:
Post a Comment