Monday, April 14, 2014

Pradanna: Mengajarkan Banyak Hal yang Positif

Berangkat dari kegelisahan hati, dan sebuah tekad saya melangkahkan kaki untuk bergabung di dunia kepalangmerahan. Dimana di dunia kepalangmerahan, mengajarkan saya akan arti kehidupan. Dimana setiap perbedaan menjadi suatu satu kesatuan.

Berawal mula ketika saya menginjakkan kaki di dunia palang merah remaja (PMR) yang dimana kebanyakan dari anggota PMR saat saya bersekolah dulu, terdiri dari puluhan perempuan dan beberapa orang laki-laki. Hingga akhirnya seiring berjalannya tahun, saya anggota pun mulai menghilang, dikarenakan kerasnya pelajaran di dunia SMK, membuat mereka susah membagi waktu dengan pelajaran sekolah.

Hingga memasuki kenaikan, kelas saya hanya tinggal berdua menjadi anggota PMR bersama teman saya yang bernama ‘Amat’. Namun Amat tidak sepenuhnya menjadi anggota PMR, dia juga aktif di dunia pramuka. Pada saat kenaikan kelas saya berjuang seorang diri untuk memajukan PMR sekolah saya yang dimana pada saat itu sangat tertinggal jauh dari sekolah lainnya. Meskipun sempat PMR dilarang dan dianak tirikan di sekolah tersebut, tapi saya pantang menyerah, hingga saya terus merekrut anggota baru hingga saya lulus dan meninggalkan sekolah tersebut.

Memasuki dunia kerja, saya sempat fakum dari dunia palang merah selama 2 tahun lebih. Namun berawal dari rasa rindu terhadap teman-teman seperjuangan PMR semasa saya bersekolah dulu, yang dimana pada saat itu saya menemukan sosok keluarga baru, persahabatan, dan cinta, akhirnya dengan facebook dan membuat grup alumni PMR Kota Batam, kami berkumpul dan sering melakukan pertemuan reuni alumni PMR Kota Batam, hingga akhirnya terciptalah “Korps Sukarela” PMI Cabang Markas Kota Batam angkatan pertama yang sampai saat ini masih aktif di dunia kepalangmerahan.

Beranjak dari sebuah organisasi, saya mencoba memberanikan diri untuk melatih dari sekolah ke sekolah, bermodalkan tekad yang kuat serta materi yang alakadarnya saya menjadi seorang pelatih. Banyak asam manis saat menjadi seorang pelatih yang dimana jiwa saya yang keras haru menghadapi banyaknya anggota yang didominasi oleh perempuan. Sempat saya ingin mengundurkan diri dari dunia kepalangmerahan dan berhenti mengajar, namun jiwa saya kembali lagi terpanggil untuk tetap bertahan mengajar di satu sekolah, dengan pencapaian adik-adik PMR di sekolah saya mengajar menjuarai beberapa perlombaan yang di adakan tingkat kota, dan suatu saat adik-adik PMR yang saya latih bisa tumbuh menjadi seseorang yang berguna, seperti yang di ajarkan palang merah kepada saya, tentang arti kehidupan, kekluargaan, persahabatan, dan cinta.


No comments:

Post a Comment