Berangkat
dari kegelisahan hati, dan sebuah tekad saya melangkahkan kaki untuk bergabung
di dunia kepalangmerahan. Dimana di dunia kepalangmerahan, mengajarkan saya
akan arti kehidupan. Dimana setiap perbedaan menjadi suatu satu kesatuan.
Berawal
mula ketika saya menginjakkan kaki di dunia palang merah remaja (PMR) yang
dimana kebanyakan dari anggota PMR saat
saya bersekolah dulu, terdiri dari puluhan perempuan dan beberapa orang laki-laki. Hingga
akhirnya seiring berjalannya tahun, saya anggota pun mulai menghilang,
dikarenakan kerasnya pelajaran di dunia SMK, membuat mereka susah membagi waktu dengan pelajaran
sekolah.
Hingga
memasuki kenaikan,
kelas saya hanya tinggal berdua menjadi anggota PMR bersama teman saya yang bernama ‘Amat’. Namun Amat tidak sepenuhnya menjadi anggota PMR, dia juga aktif di dunia pramuka. Pada
saat kenaikan kelas saya berjuang seorang diri untuk memajukan PMR sekolah saya yang dimana pada saat itu
sangat tertinggal jauh dari sekolah lainnya. Meskipun sempat PMR dilarang dan dianak tirikan di sekolah
tersebut, tapi saya pantang menyerah, hingga saya terus merekrut anggota baru
hingga saya lulus dan meninggalkan sekolah tersebut.
Memasuki
dunia kerja, saya sempat fakum dari
dunia palang merah selama 2 tahun lebih. Namun
berawal dari rasa rindu terhadap teman-teman seperjuangan PMR semasa saya bersekolah dulu, yang
dimana pada saat itu saya menemukan sosok keluarga baru, persahabatan, dan
cinta, akhirnya dengan facebook dan membuat grup alumni PMR Kota Batam, kami berkumpul dan sering
melakukan pertemuan reuni alumni PMR Kota Batam,
hingga akhirnya terciptalah “Korps Sukarela” PMI Cabang Markas Kota Batam angkatan pertama yang sampai
saat ini masih aktif di dunia kepalangmerahan.
Beranjak
dari sebuah organisasi, saya mencoba memberanikan diri untuk melatih dari
sekolah ke sekolah, bermodalkan tekad yang kuat serta materi yang alakadarnya
saya menjadi seorang pelatih. Banyak asam manis saat menjadi seorang pelatih
yang dimana jiwa saya yang keras haru menghadapi banyaknya anggota yang didominasi
oleh perempuan.
Sempat saya ingin mengundurkan diri dari dunia kepalangmerahan dan berhenti
mengajar, namun jiwa saya kembali lagi terpanggil untuk tetap bertahan mengajar
di satu sekolah, dengan pencapaian adik-adik PMR di sekolah saya mengajar menjuarai beberapa perlombaan
yang di adakan tingkat kota, dan suatu saat adik-adik PMR yang saya latih bisa tumbuh menjadi
seseorang yang berguna, seperti yang di ajarkan palang merah kepada saya,
tentang arti kehidupan, kekluargaan, persahabatan, dan cinta.
No comments:
Post a Comment