Wednesday, April 9, 2014

Annisa: PMI Pahlawan dalam Hidupku

Malam itu, hujan memang turun dengan sangat deras. Hawa Kecamatan Cepu yang awalnya tidak begitu dingin, kini bertambah dingin hingga terasa menusuk ke kulit. Langit terlihat hitam pekat sesekali kilatan petir menyambar seakan menyentuh tanah. Tampias air hujan masuk ke dalam kamar dari celah jendela yang tak tertutup rapat. Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang mengambil alih perhatian para warga  desa
“Air bah! Awas air bah datang!”.  Sesegera aku membuka pintu rumah dan mengamati keadaan.  Sungai Bengawan Solo meluap kembali. Tak disangka air sudah setinggi betisku. Hingga akhirnya ku kemas semua barang berhargaku ke ransel sekolah. Namun air semakin tinggi, dan akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai atas kos bersama teman sekamarku.

Rumah kos sepi seketika, hanya menyisakan aku dan kawanku Kaniya di lantai atas menyendiri melingkup kedinginan yang tak sempat mengungsi. Semua alat komunikasi mati total diikuti dengan aliran listrik di desa. Entah tak punya harapan kembali, hanya doa yang bisa menolong kami. Hujan mengguyur semakin deras hingga pukul 9 malam. Ku lihat jendela luar, berharap ada bantuan datang hinggap di kos kami ini.

Tak kusangka, sepetinya Tuhan mendengar do’a kami. Sekelompok orang berkaos orange biru dengan tulisan SATGANA melaju ke arah kos kami  dengan kapal karet yang di dayungnya. Sontak dari jendela lantai atas aku berteriak

“Tolong kami! Tolong kami!”. Begitu juga kawan ku Kaniya. Mereka pun berhenti tepat di depan jendela, dan mengirimkan 2 petugas untuk membantu kami naik ke kapal karet. Aku sangat bersyukur sekali, para petugas PMI bagaikan petarung sejati yang menaklukan bencana alam tuk menjadi relawan  mengorbankan jiwa dan raga. Mereka tak mengharapkan imbalan sebutir debupun. Dengan ikhlas membantu menolong para korban bencana banjir. Inilah mereka “PMI kabupaten Blora cabang Cepu”.  

PMI selalu kompak bekerja sama menanggapi bencana. Dengan cepat sigap mereka mengerahkan semua kemampuan menaklukan medan perang. Oleh sebab itulah, anggota PMI di kotaku semakin lama semakin meningkat. Hal itu juga karena ketekunan mereka dalam membantu orang lain.


Sesampainya di tempat pengungsian, aku merebahkan diri di karpet biru dan mengenang apa yang telah kualami. Mereka PMI memang pahlawan kami.  Semenjak itu, aku sangat mengagumi PMI, sehingga aku bergabung ke anggota PMR di sekolah. Ingin seperti mereka, yang bekerja dengan seluruh kemampuan tanpa mengharapkan imbalan.

No comments:

Post a Comment