Saya bergabung dengan PMI sejak 2007 sebagai anggota KSR PMI cabang Jakarta Selatan. Begitu banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan selama menjadi anggota KSR. Salah satu pengalaman berharga yang tidak akan terlupakan adalah pelatihan water safety/water rescue. Kegiatan ini bertujuan supaya kami siap menghadapi bencana banjir yang seringkali melanda ibukota DKI Jakarta.
Saya pernah mengikuti pelatihan water safety yang diadakan di salah satu sungai di daerah Citayam. Saat itu adalah pertama kalinya saya menjunjung perahu (portaging). Uniknya, teman-teman lainnya portaging menggunakan bahu mereka sebagai tumpuan, hanya beberapa orang saja termasuk saya yang menggunakan kepala sebagai tumpuan. Bukan bermaksud untuk merendah, hanya saja saya tidak bisa untuk meninggikannya. Sudah takdir, katanya. Saya hanya harus berjalan tegak dengan beban di kepala bahkan terkadang perahu yang saya junjung tidak menyentuh kepala saya karena jalan yang kami lalui bergelombang dan berlubang.
Setibanya di lokasi, kami mulai bermain air sesuai dengan arahan dari pelatih tentunya. Hal yang paling mengesankan adalah pada saat berenang pasif dan membalikan perahu (flip). Pada saat berenang pasif apabila terdapat batu yang menyentuh tubuh bagian belakang, maka bagian itu akan terasa seperti dipijat. Namun hasil pijatannya akan lebih terasa pada hari berikutnya. Supaya tidak penasaran, silahkan dicoba.
Selain itu, kami juga harus latihan membalikan perahu supaya kalau saja perahu yang kami tumpangi terbalik, maka kami bisa memposisikannya seperti sediakala sehingga kami bisa menggunakannya kembali. Pada saat perahu terbalik, salah satu/beberapa personel naik ke atas perahu tersebut kemudian berdiri di salah satu sisi perahu dan menarik sisi lain dari perahu tersebut dengan menggunakan tali sehingga perahu terbalik dan kembali ke posisi yang seharusnya. Secara bersamaan personel yang membalikan perahu itupun jatuh ke dalam air. Pada moment itu rasanya seperti diputuskan cinta oleh sang pacar ketika bangun tidur. Rasanya sungguh mengagetkan dan menyesakkan dada. Setelah perahu sudah berada pada posisi semula, satu-persatu personel naik ke atas perahu. Bagi yang bertubuh besar ataupun yang tenaganya tidak cukup kuat, maka sangat sulit untuk melakukan hal ini. Bayangkan saja, kita harus melompat diatas air. Satu-satunya yang bisa membantu hanyalah perahu itu sendiri yang kita bisa gunakan sebagai tumpuan.
Berbeda dengan pelatihan water safety, pada pelatihan water rescue kami dituntut untuk bisa menyelamatkan orang lain di dalam air. Ada beberapa teknik tambahan yang membedakan antara water safety dengan water rescue antara lain adalah penggunaan tali lempar, ring boy, evakuasi korban dengan cara berenang aktif dan lain sebagainya. Pada saat pelatihan water rescue yang pernah saya ikuti, seluruh peserta harus menyeberangi sungai dengan cara berenang dengan menggunakan pelampung (life jacket).
Saat itu, saya sama sekali tidak takut untuk melakukannya karena para pelatih berkata bahwa kami harus percaya kepada life jacket yang kami gunakan. Saya pun menyeberangi sungai. Dan saya memecahkan rekor diantara peserta lainnya. Saya bisa mencapai jarak terjauh dari yang ditargetkan oleh pelatih, dengan kata lain saya terbawa arus hingga akhirnya salah satu teman saya menolong saya dengan melemparkan tali lempar ke arah saya. Ternyata benar kata ibu saya bahwa kita tidak boleh percaya kepada selain ALLAH, apalagi percaya dengan life jacket.
No comments:
Post a Comment