Thursday, April 10, 2014

Devinta: Relawan Dapur Umum

Pengalaman ini terjadi hari Sabtu, 18 Januari 2014. Saat itu beberapa wilayah di DKI Jakarta sedang tergenang air. Ya itu artinya banjir. Kami, PMR Wira SMA Negeri 94 Jakarta, sedang sibuk-sibuknya merencanakan kegiatan Bakti Sosial. Bakti Sosial ini akan kita laksanankan 1 minggu lagi, tetapi kita masih belum bisa menentukan konsep apa yang akan kita gunakan nanti. Oleh karena itu, pembina PMR kami (Farizah Hartini) mengajak kami untuk mengadakan rapat kecil di rumah beliau.

Sekitar jam 11 kami sudah sampai di rumah ibu Farizah. Beliau sudah menanti kehadiran kami sejak tadi. Akhirnya rapat kecil ini dimulai. Pertama-tama kami membahas tentang apa saja yang akan kita donasikan ke korban banjir. Setelah itu, kami membahas di wilayah mana kita akan mendonasikan barang tersebut, dan masih banyak yang lain.

Saat rapat kecil itu hampir selesai, kami menemukan beberapa kesulitan. Setelah kita bermusyawarah, kami masih belum bisa menyelesaikan kesulitan tersebut. Ibu Faizah mengusulkan agar kita bertanya ke pelatih PMR (Husen), akhirnya kami semua setuju dengan pendapat beliau. Kami pergi ke rumah ka Husen dengan berjalan kaki, karena kita tahu bahwa jalan menuju ke rumah ka Husen sedang banjir. Jarak antara rumah ka Husen dengan Ibu Farizah tidak begitu jauh. Kami melewati air sebatas paha orang dewasa, ini benar-benar pengalaman yang baru pertama kali saya rasakan. Saat itu kami tidak mengeluh, tetap ceria walaupun celana kami sudah basah semua.

Semakin lama berjalan, air semakin rendah. Itu artinya kami sudah hampir sampai. Perjalanan kami terhenti ketika kami melihat banyak orang di sebuah rumah. Rupanya rumah ini dijadikan dapur umum. Mataku mengarah ke seseorang yang memakai baju abu-abu. Itu pelatih kami. Kami pun menghampiri beliau dan bertanya soal kesulitan yang kami dapat tadi. Setelah kesulitan itu terjawab, Kak Husen menawarkan kami untuk bergabung di dapur umum ini. Tentu saja kami setuju, karena kami ingin menambah pengalaman sekaligus membantu orang.

Beberapa dari kami mulai melakukan tugas yang diberikan oleh pelatih kami. Tugas pertama saya adalah memindahkan nasi dari kompor ke bak yang cukup besar. Beberapa dari kami ada yang membantu mencuci penggorengan, memasak, dan mengipas-ngipas nasi. Tugas kedua saya adalah memotong bawang. Banyak sekali bawang yang harus saya potong, sehingga saya meminta bantuan teman saya. Setelah bawang sudah di potong, selanjutnya saya memotong cabai. Pembina kami juga ikut membantu, dari situlah saya mengerti arti kerjasama yang sesungguhnya.

Beberapa jam kemudian, makanan sudah selesai. Tugas kami selanjutnya adalah membungkus makanan itu agar lebih mudah untuk membagikannya. Saya masih ingat, satu bungkus berisi nasi, sayur, dan telur. Kami membagi tugas, ada yang bertugas memasukkan nasi, memasukkan sayur, memasukkan telur, membungkus, dan menghitung. Kami benar-benar tim yang bekerja sama.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan makanan sudah siap untuk dibagikan ke warga. Ketika kami merasa bahwa tugas kami sudah selesai, akhirnya kami pulang. Sebelum pulang, pelatih kami menawarkan untuk berfoto. Katanya untuk kenang-kenangan. Sungguh hari yang penuh dengan pengalaman menarik. Semoga akan ada pengalaman lainnya.


No comments:

Post a Comment