Thursday, April 10, 2014

Yuni: Seruan Hati

Suatu sore di bulan Juli tahun 2013, ada seorang ibu muda yang datang ke Laboratorium Klinik tempat aku bekerja hendak memeriksa golongan darahnya. Ibu muda itu bercerita dia membutuhkan darah bergolongan A untuk ibunya yang harus menunda operasi pengangkatan kanker serviks karena stok darah di PMI saat itu kosong. Memang bulan itu juga bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga sebagian orang lebih fokus ke ibadah puasa dan takut membatalkan puasa karena donor darah, katanya.

Disini, hati kecilku berbisik. Aku yang berlatar belakang kesehatan tentu tahu seluk beluk tentang donor darah, apa lagi pernah PKL ( Praktek Kerja Lapangan ) di PMI cabang daerah. Tapi aku belum pernah sama sekali donor darah, sedang di luar sana banyak orang yang membutuhkan bantuan darah. Hatiku belum benar benar terpanggil, masih beralasan berat badanku diambang bataslah, bulan puasalah dan lainnya.

Beberapa hari kemudian datang lagi ibu paruh baya membawa anak-anaknya hendak memeriksa golongan darah juga.

Menantu saya akan bersalin, tapi karena suatu hal dokter menyarankan untuk melakukan operasi sesar sehingga membutuhkan stok darah. Karena di PMI sedang kosong untuk golongan darah A nya, semoga golongan darah saya atau anak saya ada yang cocok, ucapnya bercerita.

Dari hasil pemeriksaan, kedua anaknya bergolongan darah A. Mereka senang sekali dan antusias ke PMI setelah itu. Karena penasaran akhirnya aku membuka web resmi dari PMI. Memang stok darah sedikit dan golongan darah A sedang kosong. Dan disinilah hatiku berseru, 'Bukankah golongan darahmu juga A, banyak orang di luar sana yang membutuhkan pertolongan entah itu karena operasi, kecelakaan, kelainan darah dan lain-lain. Lalu bagaimana jika hal itu terjadi padamu, ayah, ibu, saudara, teman, kerabat dan lainnya tentu harus segera mendapat pertolongankan.'

Tanggal 18 Agustus 2013, setelah membulatkan tekat, berusaha menaikkan berat badan di atas 45 kg dan diantar seorang teman, sampailah aku di PMI Kramat Raya. Mengikuti proses donor darah seperti lainnya mengisi formulir lalu menunggu sesuai antrian. Pada saat di panggil petugas formulir, lalu dia memintaku menimbang ulang berat badan di timbangan yang tersedia dan melaporkan kembali padanya. 47 kg dan diperbolehkan melanjutkan proses pemeriksaan. Setelah lolos dari pemeriksaan sekarang pengambilan darah untuk donor dengan jarum ukuran 18 sebanyak volume kantung darah yang paling kecil 250 cc saja.

Lucunya aku yang terbiasa mengambil darar diambil, darah disini. Meskipun reaksi tubuh tiap orang berbeda setelah donor darah, untungnya waktu itu aku tidak sampai mengalami efek yang ekstrim jadi tetap bisa aktif seperti biasa.

Memang kesadaran diri akan kepedulian terhadap orang lain perlu dipupuk dari kecil , bangku sekolah dan lingkungan sekitar. Setiap orang diciptakan berdeda-beda dengan ragam pola pikir yang berbeda pula. Tak jauhlah contohnya, aku yang mempunyai latar belakang kesehatanpun baru terdorong setelah sekian peristiwa yang menggerakkan hatiku untuk donor darah.

Meskipun begitu tujuan hidupku adalah membantu orang lain, meringankan bebannya. Ayo mari kita tingkatkan kepedulian kita pada sesama, dengan donor darah salah satunya. Bukankah hidup akan lebih bernakna jika kita bisa membantu sesama?


No comments:

Post a Comment