Hay
sobat, aku biasa dipanggil imel. Aku
seorang mahasiswi di Universitas swasta di Jakarta. Jujur, aku baru mengenal
lebih dalam tentang PMI saat aku masuk ke jenjang bangku
kuliah. Maklum saja saat aku SMA, aku merupakan orang yang miskin akan
informasi, padahal seingatku waktu SMA ada ekskul PMR, namun aku tak tau kalau
ternyata PMR itu merupakan bagian dari PMI.
Semenjak
aku menjadi seorang mahasiswi, fikiranku jauh lebih berkembang, Aku mengenal banyak hal baru dalam
hidupku. Salah satunya tentang PMI. Pengalaman pertamaku yang berhubungan
langsung dengan PMI yaitu aksi donor darah. Tepatnya pada tanggal 21 November
2010. Ada acara donor darah bersama PMI di kampusku. Bersama dengan kedua teman
dekatku, aku mencoba untuk mendaftar menjadi pendonor.
Awalnya
aku dan temanku merasa ragu. Dalam fikiranku saat itu terbesit rasa takut. Takut akan rasa sakit ditusuk jarum
dan darah mengalir keluar, takut akan dampak setelah aku mendonor, dan takut
tidak diijinkan oleh orangtua. Namun, setelah
berdiskusi dengan seniorku yang ikut PMI, ternyata banyak sekali manfaat dari donor darah. Salah satunya yang paling utama satu
tetes darah kita yang kita donorkan dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Aku
dan teman dekatku langsung memantapkan diri untuk ikut serta dalam donor darah. Untung saja orangtuaku juga sangat mendukung saat kuhubungi
untuk minta ijin.
Setelah
beberapa saat mengantri, dapat juga giliranku untuk diperiksa yang menentukan
juga apa aku bisa mendonorkan darahku. Aku masuk dalam kriteria orang yang bisa
ikut donor darah. Oh senangnya, tapi sangat disayangkan kedua teman dekatku itu gagal, padahal
kami sangat-sangat bersemangat. Namun mereka tidak berkecil hati karena masih ada aku yang lolos
bisa mewakili tekad mereka.
Tiba
juga saat-saat yang menegangkan. Saat tubuhku sudah tergeletak tak berdaya,
jantungku berdetak terasa lebih cepat. Melihat perawat menyiapkan jarumnya dan
ingin menusukan ke tangan kiriku, mataku tak kuat melihatnya. Ku genggam
tanganku dan ku tahan nafasku. Jleb, dengan cepat jarum telah menancap di tanganku. Rasanya ternyata
tidak sesakit yang ku bayangkan. lebih sakit dicubit dibanding ditusuk jarum.
Selesai
darahku diambil, aku mempunyai kebanggaan tersendiri dalam diriku. Walau
pembuluh darahku susah ditemukan dan darah yang keluar kecil, lalu setelahnya
aku merasa pusing, hal itu tidak membuatku kapok. Karena dengan mengikuti donor darah yang pertama kalinya ini, pertama
kalinya juga aku merasa kalau aku dapat berguna untuk orang lain yang tidak
kukenal sekalipun.
No comments:
Post a Comment