Thursday, April 10, 2014

Melati: Aksi Donor Darah Pertamaku

Hay sobat,  aku biasa dipanggil imel. Aku seorang mahasiswi di Universitas swasta di Jakarta. Jujur, aku baru mengenal lebih dalam tentang  PMI saat aku masuk ke jenjang bangku kuliah. Maklum saja saat aku SMA, aku merupakan orang yang miskin akan informasi, padahal seingatku waktu SMA ada ekskul PMR, namun aku tak tau kalau ternyata PMR itu merupakan bagian dari PMI.

Semenjak aku menjadi seorang mahasiswi, fikiranku jauh lebih berkembang, Aku mengenal banyak hal baru dalam hidupku. Salah satunya tentang PMI. Pengalaman pertamaku yang berhubungan langsung dengan PMI yaitu aksi donor darah. Tepatnya pada tanggal 21 November 2010. Ada acara donor darah bersama PMI di kampusku. Bersama dengan kedua teman dekatku, aku mencoba untuk mendaftar menjadi pendonor.

Awalnya aku dan temanku merasa ragu. Dalam fikiranku saat itu terbesit rasa takut. Takut akan rasa sakit ditusuk jarum dan darah mengalir keluar, takut akan dampak setelah aku mendonor, dan takut tidak diijinkan oleh orangtua. Namun, setelah berdiskusi dengan seniorku yang ikut PMI, ternyata banyak sekali manfaat dari donor darah. Salah satunya yang paling utama satu tetes darah kita yang kita donorkan dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Aku dan teman dekatku langsung memantapkan diri untuk ikut serta dalam donor darah. Untung saja orangtuaku juga sangat mendukung saat kuhubungi untuk minta ijin.

Setelah beberapa saat mengantri, dapat juga giliranku untuk diperiksa yang menentukan juga apa aku bisa mendonorkan darahku. Aku masuk dalam kriteria orang yang bisa ikut donor darah. Oh senangnya, tapi sangat disayangkan kedua teman dekatku itu gagal, padahal kami sangat-sangat bersemangat. Namun mereka tidak berkecil hati karena masih ada aku yang lolos bisa mewakili tekad mereka.

Tiba juga saat-saat yang menegangkan. Saat tubuhku sudah tergeletak tak berdaya, jantungku berdetak terasa lebih cepat. Melihat perawat menyiapkan jarumnya dan ingin menusukan ke tangan kiriku, mataku tak kuat melihatnya. Ku genggam tanganku dan ku tahan nafasku. Jleb, dengan cepat jarum telah menancap di tanganku. Rasanya ternyata tidak sesakit yang ku bayangkan. lebih sakit dicubit dibanding ditusuk jarum.

Selesai darahku diambil, aku mempunyai kebanggaan tersendiri dalam diriku. Walau pembuluh darahku susah ditemukan dan darah yang keluar kecil, lalu setelahnya aku merasa pusing, hal itu tidak membuatku kapok. Karena dengan mengikuti donor darah yang pertama kalinya ini, pertama kalinya juga aku merasa kalau aku dapat berguna untuk orang lain yang tidak kukenal sekalipun. 

No comments:

Post a Comment