Monday, April 14, 2014

Maya Mei: Fasilitator? Siapa Takut!

“May, kamu mau jadi fasilitator tetap PMR di SMPN 4 Jember?”, kata salah satu alumni KSR PMI Unit UNEJ. Tawaran itu datang dua bulan setelah aku baru menjadi anggota KSR. Tanpa sebelumnya aku pernah menjadi, atau setidaknya belajar ikut fasilitator untuk melatih PMR. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kuputuskan untuk mengambil tawaran tersebut. Aku menjadi fasililator tanpa memiliki pandangan, “Bagaimana fasilitator itu? Apa saja yang harus aku lakukan?”. 

Meski aku memiliki background PMR Wira dan pernah belajar memberi materi ke juniorku PMR, tapi aku masih canggung untuk menjadi fasilitator. Apalagi langsung menjadi fasilitator tetap tanpa pendampingan sebelumnya. Menjadi fasilitator bersama partner yang tidak aku kenal sama sekali. 

Awal menjadi fasililator, aku masih sulit akrab dengan adik-adik PMR, lantaran aku memang tidak pandai bergaul dan “pedekate”. Event besar di tahun pertama menjadi fasilitator adalah Lomba PMR tingkat Madya se-Kabupaten Banyuwangi terbuka. Masih empat bulan setelah aku menjadi fasililator. Kebingungan pun sempat aku alami saat akan menyeleksi dan melatih mereka. Bagaimana tidak, jumlah anggota PMR terbilang sangat banyak, diibaratkan butuh tiga ruang kelas untuk menampung mereka. Tapi itu semua bukanlah kendala berarti, semangat dan kegigihan mereka adalah kekuatanku, alasanku untuk terus belajar dan berusaha. 

Sebagai fasilitator pemula, aku tidak cukup pengalaman melatih mereka untuk berlomba. Ya, bagaimana cara manajemen latihannya, sistem latihan, dan urutan materi aku masih tidak terlalu paham, belum memiliki “formula” yang pas. Syukurlah, ada beliau yang juga masih alumni KSR PMI Unit UNEJ membantuku. Beliau bersama rekan-rekan KSR markas PMI bersedia mendampingi adik-adik untuk persiapan lomba, walau awalnya aku sama sekali belum mengenal mereka. 

Aku dan adik-adik PMR sama-sama belajar dan berlatih. Kalau mereka berlatih untuk lomba, maka aku berlatih bagaimana manajemen PMR terutama dalam mempersiapkan lomba. Lomba, pada dasarnya adalah salah satu ajang mengukur kemampuan dan evaluasi dari latihan yang pernah dilakukan sebelumnya, jadi kurang tepat apabila tujuan berlomba masih hanya berorientasi mendapatkan piala sebanyak-banyaknya. 

Usaha adik-adikku pun membuahkan hasil, jauh-jauh kami mengikuti lomba dari Jember ke Banyuwangi, meski kami hanya membawa sebuah trophy Juara Harapan untuk Lomba PP, namun yang lebih berharga dari itu adalah pengalaman, usaha, tekad dan kerjasama mereka. Dari lomba ini pula, sedikit demi sedikit aku mulai dekat dan mengenal karakter adik-adik. Terima kasih untuk mas El, mas Ridho, dan mas Fait yang sudah membantu adik-adik belajar dan berlatih. Kalian adalah salah satu yang berperan dalam keberhasilan mereka. 

Last, menjadi fasilitator tidak hanya sekedar melatih dan memberi materi, namun lebih luas dari itu. Menjadi sahabat, membangun organisasi, dan membimbing mereka yang mulai menjadi remaja agar dapat mengembangkan potensi dalam dirinya adalah tujuan yang sebenarnya dari seorang fasilitator. Hal inilah yang tak boleh kita lupakan. Sampai sata ini, aku pun masih terus belajar, mencari formula yang tepat untuk menjadi fasilitator yang bermanfaat bagi tunas muda PMI. 

Tak hanya itu, hidup di dunia tidaklah sendiri, setiap manusia membutuhkan kehadiran dan bantuan manusia lainnya. Saling mengenal atau tidak, di dunia Palang Merah yang kita pegang teguh adalah “SIAMO TUTTI FRATELLI”. Karena kita semua saudara, siamo tutti fratelli, inter arma caritas!

2 comments:

  1. :) terimakasih, Cerita PMI-ku
    smg kita termotivasi utk mengembangkan PMR
    SEMANGAT :)

    ReplyDelete
  2. Terimakasih telah mengirimkan kisah bersama PMI di #CeritaPMIKu. Kisah yang menarik dan menginspirasi bagi kita semua.

    ReplyDelete