Monday, April 14, 2014

Raymond: Donor Darah, Gaya Hidup Sehat dan Sosial

Sejak kuliah sebenarnya sudah ada keinginan dalam diri saya untuk berdonor darah. Apalagi di kampus tiap 3 bulan sekali selalu rutin mengadakan acara donor darah. Akan tetapi waktu itu masih ragu-ragu dan sedikit ada rasa takut ketika melihat cukup banyak darah yang diambil. Ada kekuatiran jangan-jangan nanti pusing, pingsan dan ketakutan-ketakutan lainnya. 

Tepat tanggal 16 Agustus 2011, waktu malam tirakatan Kemerdekaan RI, di kampung diadakan acara donor darah. Waktu itu ada dokter dari PMI yang memberikan sosialisasi tentang pentingnya donor darah. Ternyata donor darah tidak hanya penting bagi orang yang membutuhkan, tetapi juga penting bagi kesehatan diri sendiri karena darah akan selalu tergantikan dengan yang baru. Apalagi waktu itu tepat bulan puasa dimana persediaan donor darah di PMI menipis, tidak sebanding dengan kebutuhan.

Akhirnya pada hari itulah saya mencoba untuk berdonor darah yang pertama kalinya. Ada keraguan dan rasa takut, tetapi untunglah waktu itu ada seorang Ibu yang ikut berdonor memberikan semangat. 

“Donor darah tidak sakit kok. Dulu ibu donor pertama kali waktu seumuranmu. Sekarang ibu sudah 100 kali lebih berdonor dan merasa sehat selalu, tidak pernah sakit,” kata ibu itu.

Termotivasi oleh kata-kata ibu tadi, saya bertekad untuk ikut berdonor secara rutin sejak hari itu. Saya pun mengambil formulir putih sebagai pendonor pertama kali, mengisi dan menyerahkannya kepada petugas. Lalu diperiksa tekanan darah oleh dokter PMI. 

“Wah tekanan darahnya agak tinggi. Tapi masih memenuhi syarat kok. Takut ya?” kata dokter PMI tadi. 

Saya pun hanya tersenyum mendengarnya.

“Tidak usah takut. Rileks saja” tambah dokter tadi. 

Lanjut berbaring di tempat tidur dan saat-saat yang menegangkan tiba. Saya melihat petugas menyiapkan kantong darah dengan jarum yang besar. Waktu jarum dimasukkan, terasa agak sakit tetapi tidak seseram yang saya bayangkan sebelumnya. Kira-kira 10 menit kemudian petugas melepas jarum tanda proses donor darah selesai. “Wah ternyata cuma gini toh donor darah. Tidak seram sama sekali. Tahu begitu dari dulu-dulu,” ucapku dalam hati. 

Sampai sekarang saya rutin berdonor darah tiap 3 bulan sekali. Tak terasa sudah 11 kali saya berdonor darah dan memang benar kata ibu tadi bahwa semenjak ikut donor darah saya jarang sakit dan badan terasa lebih segar dan bugar. 

Banyak manfaat dari donor darah. Selain beramal sosial kepada saudara yang membutuhkan bantuan transfusi darah, juga bermanfaat untuk kesehatan diri sendiri. Selain itu darah kita juga akan selalu dimonitor tiap 3 bulan sekali dari penyakit-penyakit menular seperti hepatitis, HIV dan beberapa penyakit berbahaya lain. Dengan demikian bisa dipastikan mereka yang memegang kartu donor darah adalah mereka yang sehat. Bahkan ada seorang bapak yang pernah bergurau demikian, “Kalau mau cari menantu yang sehat dan baik, tanya saja apa punya kartu donor darah dari PMI. Jika ada, berarti dia pasti menantu yang sehat dan baik, berjiwa sosial”. Wah kalau begitu kartu donor darah PMI saya bisa jadi modal dong untuk melobi calon mertua.

Buat yang sudah 17 tahun ke atas dan belum berdonor darah, ayo segera merapat ke kantor PMI terdekat di kota Anda. Setetes darah Anda akan sangat berharga bagi mereka yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment