Mendonor
darah? Entah bagaimana sebabnya akhirnya aku bisa dan mau mendonorkan darahku.
Sebuah kejadian yang tak pernah kupikirkan sebelumnya, sebuah hal yang sangat
pelik dan malas untuk kulakui. Mau disuntik saat masih sekolah di SD saja aku
takut setengah mati, sampai-sampai sembunyi di bawah meja dan kabur keluar
kelas. Tetapi, kenapa hal ini bisa terjadi sekarang ini?
Bermula
saat mengeluti sebuah organisasi di kampus di November 2012 dimana aku masih
berada di semester 1 saat itu. Di organisasi itu aku belajar tentang pengabdian
masyarakat. Pengabdian masyarakat ya? Mengabdi.. pada... masyarakat,
kegiatannya dengan donor darah. Benakku berkata kepengen ikut donor darah, tapi
masih takut. Akhirnya, di tanggal 17 Januari 2012 aku bulatkan tekadku untuk
donor darah di kantor PMI kotaku, karena masih takut-takut jadinya aku masih
ditemenin sama ibuku. Takut tapi penasaran, maju saja deh.
Saat
masuk ke ruangannya, jantung sudah degdeg-an, rasa takut masih menyelubungi
pikiranku. Sebelum mendonor kudiberi formulir untuk diisi mengenai golongan
darah dan segala macam setelah itu, aku berbaring di tempat tidur siap untuk
dieksekusi. Saat jarum suntik menusuk kulit dan tensimeter memompa, seakan-akan
darah di lenganku itu mau mengucur keluar tanpa henti, perasaan tak enak selalu
menghampiri sampai kantung darah terisi penuh. Lega rasanya, saat sudah
selesai. Seimbas dari sana tanganku masih kaku, entah itu karena efek traumatis
atau akunya yang menghiperbolakan. Yang penting aku sudah pernah donor darah,
dapat kartu bukti mendonor dan mendapat makanan gratis dan obat penambah darah.
Pikiranku saat itu memang masih cetek
begitu.
Tapi
tiba-tiba hal itu langsung berbalik, setelah aku mendonor, aku mendengar ada
rumah sakit yang berada tak jauh dari kantor PMI itu yang meminta stok darah
bergolongan darah B. Otakku langsung bekerja untuk berpikir, golongan darahku
kan B, apa kemungkinan darahku yang tadi langsung dibawa untuk orang yang ada
di rumah sakit itu? Meski aku tidak tahu apakah darahku yang tadi itu bakal
ditranfusikan langsung ke orang yang ada di rumah sakit, aku pun membuat sebuah
kesimpulan. Mendonorkan darah itu bukan main-main, ini tentang keikhlasan dan
menolong sesama.
Selang
seminggu kemudian akupun menghampiri kantor PMI itu lagi seorang diri, dengan
bermodalkan nekad, alat tulis dan laptop berisi materi ke-donor darah-an, akupun
memberanikan untuk bertanya, wawancara sekalian menginterogasi dengan petugas
disana tentang masalah donor darah. Banyak sekali pertanyaan yang saya ajukan
kepada petugas disana, sampai-sampai saya ingin melakukan kerjasama dengan PMI
untuk mengadakan aksi donor darah massal, yah.. meskipun sampai saya menulis
cerita ini hal tersebut belum bisa terealisasi.
Hari
donor darah sedunia 14 Juni 2013, ini hari penting dan tidak mau aku
sia-siakan. Dengan modal omongan dari mulut ke mulut, akupun mengajak
teman-teman di kampus untuk bisa mau ikutan kegiatan donor darah ini. Meskipun
akhirnya aku sendiri yang mendonor di saat itu. Sekarang aku punya tekad, aku
ingin teman-teman di kampus dapat membatu sesama, berpengabdian pada masyarakat
dengan mendonorkan darahnya. Palang Merah Indonesia harus tergiang dan
terkoar-koar di kampusku, demi pengabdian pada masyarakat.
No comments:
Post a Comment