Pasien dan beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu memperhatikannnya.
“Gak akan sakit kok.”
“Lebay gitu doang nangis.”
“Malu lah Mba udah besar masa cengeng.”
Seseorang memakai baju praktik yang berwarna putih dengan alat suntik yang mengkilap menghampirinya. Lalu Ia berkata,
“Sabar ya Mba, tidak sakit kok. Hanya saja seperti di gigit semut. Saya ambil ya Mba, sudah siap?”
Akankah tega alat setajam itu melukai bagian tubuhku? Dan aku membiarkannya begitu saja? Ah aku tak mau, bagaimana pun aku tetap tidak akan bersedia. Namun, bagaimana nasib penyakit ini?
“Sudah selesai Mba, untuk menunggu hasil test darah ini silahkan tunggu diruang tunggu.”
“Sudah?”
Sudah? Lalu rasanya?
Ya, suster itu tak berbohong memang rasanya seperti di gigit semut. Aku kuat, tidak merasakan sakit apapun, aku berhasil.
“Tidak sakitkan De?”
“Iya Mas, aku tidak jatuh pingsan, aku takut Mas. Sudah lama tak merasakannya.”
“ya bagus bagus. Namun bekas suntikan ini jangan ditekan ya atau kamu akan merasakannya sendiri.”
“Mengapa?”
“Rasakan saja sendiri.”
“Rasanya?”
“Rasakan saja sendiri.”
“sakit atau tidak?"
“Rasakan saja sendiri.”
“Mengapa? Dan mengapa kau pergi, Mas?”
Mengapa dia pergi dan meninggalkan suatu pesan bagiku? “namun, bekas suntikan ini jangan di tekan atau kamu akan merasakannya sendiri.” Urat penasaranku memaksa untuk mencobanya.
“ya akan ku coba.”
Ya Tuhan mengapa darah mengalir deras dari sumber suntikan yang aku tekan tadi? Pening. Lemas. Mengapa semua terlihat gelap? Penglihatanku kabur.
Adakah orang yang menolongku?
Bruuk..
No comments:
Post a Comment