Thursday, May 1, 2014

Andini: Darah untuk Ayah

Kehilangan adalah perasaan terburuk yang pernah ada didunia ini. Saya tidak pernah berani membayangkan akan datang masa dimana orang-orang yang paling saya cintai akan meninggalkan saya. Tapi,perasaan takut ditinggalkan ini muncul begitu besar ketika saya mendengar bahwa ayah saya mengidap tumor kandung kemih. Saya tahu benar bahwa ayah memang tidak terlalu baik kesehatannya, tetapi penyakit tumor benar-benar berada jauh dari bayangan saya. Ayah tidak bisa mengeluarkan air seninya dengan normal sehingga harus dipasangi kateter. Hal yang lebih buruk lagi, saya dapat melihat jelas air seninya berwarna merah pekat di kantong penampung. Pendarahan didalam sudah cukup parah dan jadwal operasi ayah akan dipercepat, begitu penjelasan dokter setelah sebulan ayah dirawat dirumah sakit. 

Sebagai persiapan operasi tumor, keluarga diminta untuk mempersiapkan empat kantong darah. Sayangnya tidak seorangpun anggota keluarga kami yang bergolongan darah sama seperti ayah. Ayah bergolongan darah O, sementara ibu AB, jadi kami anak-anaknya bergolongan darah B. Rumah sakit juga mengatakan mereka kehabisan stok darah. Satu-satunya solusi adalah mendatangi PMI dan meminta persediaan darah mereka. Saya sangat bersyukur karena urusan kami diberi kemudahan oleh pihak PMI. Setelah menyelesaikan beberapa administrasi kami berhasil mendapatkan darah yang dibutuhkan dan operasi dapat dilangsungkan. 

Keadaan ayah berangsur-angsur baik setelah operasi. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama. Jumlah hemoglobin ayah menurun drastis dalam jangka waktu yang cukup singkat. Dokter menduga terjadi infeksi di dalam sehingga menyebabkan terjadinya pendarahan. Tetapi ayah tidak mengeluhkan air seninya berdarah lagi sehingga membingungkan tim dokter apa penyebab turunnya jumlah hemoglobin dengan begitu cepat. Ayah menjalani sejumlah tes dibeberapa rumah sakit tetapi diagnosa dokter belum sampai pada kesimpulan yang jelas. Selama waktu itu ayah dianjurkan mengkonsumsi makanan untuk menaikkan hemoglobin,diberikan antibiotik, serta beberapa kali menjalani transfusi darah ketika jumlah hemoglobinnya terlalu rendah. 

Kebingungan kami selama ini akhirnya terjawab setelah ayah menjalani tes disalah satu rumah sakit besar. Ayah mengidap thalassemia,penyakit bawaan dimana sistem tubuh penderitanya tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Menurut dokter penyakit ini belum bisa disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah rutin melakukan transfusi darah dan mengkonsumsi obat penurun jumlah darah putih. Ayah yang sebelumnya berusaha menumbuhkan semangat hidup baru setelah menderita tumor merasa cukup terpukul mengetahui hal ini. Ini disebabkan karena ayah tidak diperbolehkan banyak berkegiatan karena jantung dan paru-parunya akan cepat sekali kelelahan. 

Dikala kami dirundungi perasaan kalut, adik saya yang masih duduk di bangku SMA meminta izin untuk menjadi panitia kegiatan donor darah PMI disekolahnya. Dia ditugaskan turun kejalan untuk menarik simpati masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Awalnya ibu tidak terlalu menyetujui karena adik tidak tahan berada di bawah terik matahari terlalu lama. Tetapi dia memberikan sebuah alasan yang membuat ibu dan saya benar-benar terharu. “Adik mau membantu orang-orang yang membutuhkan darah seperti ayah”, ucapnya tanpa ragu. 

Sampai saat ini setidaknya sebulan sekali ayah akan menjalani transfusi darah, tetapi semangat hidupnya yang tinggi mampu membuatnya bertahan untuk tidak menjalani transfusi selama tiga bulan belakangan ini. Sepertinya sudah menjadi takdir bahwa PMI mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan kami.

No comments:

Post a Comment