Friday, May 2, 2014

Putro: Terima Kasih PMI

Ini adalah sepenggal kisah yang mungkin lucu bagi kalian tapi berharga bagiku. Pengalaman yang mungkin seumur hidup tak akan pernah aku lupakan. Hal ini dimulai ketika aku masuk organisasi PMR di SMK. Waktu itu PMR masih menjadi organisasi baru bagi sekolah, dengan sedikit keyakinan organisasi ini mengadakan event besar yaitu DONOR DARAH. 

Aku sendiri sebagai salah seorang petugas, sangat giat mempromosikan pentingnya donor darah. Meskipun sejujurnya kala itu aku sendiri masih takut dan belum yakin dengan donor darah, apalagi berat badanku yang tergolong kurang dan cenderung kurus semakin membuatku was-was. Semakin mendekati hari H, hatiku semakin tak karuan, ada saja bayangan-bayangan aneh dan menakutkan yang terus bergelayut di pikiran. 

Aku takut. Ketika melewati ruang yang disiapkan untuk donor darah, sebuah banner bertuliskan “ Ayo Donor Darah “ kulihat dari luar, ikon darah tersenyum manis kepadaku. Malamnya aku benar-benar tidak bisa tidur, antara perasaan senang dan takut bercampur aduk menjadi satu. Senang karena esok akan melaksanakan event besar sekaligus melakukan donor darah pertama dalam seumur hidup, apa lagi bisa membantu sesama yang mungkin akan kehilangan nyawa lantaran kehabisan darah, tapi takut kalau-kalau hal-hal aneh yang selama ini terbayang dipikiran menjadi kenyataan. 

Entah itu jarumnya patah, lantas masuk di tangan dan tidak bisa diambil, atau bahkan jangan-jangan jarumnya bekas orang berpenyakit menular. Aku berkidik membayangkannya. Pagi harinya aku bangun sedikit kesiangan, dengan bergegas aku segera berangkat sekolah. Kulihat di dalam kelas teman-temanku tampak berantusias, mereka begitu bahagia akan menyalurkan darah. 

Aku sendiri mulai berfikir ulang. Donor tidak ya? Kembali bayang-bayang keburukan memenuhi otakku. Aku termenung di dalam kelas, ketika beberapa temanku telah berhamburan keluar menuju ruang donor di belakang kelas. Saat itu segala kepanitiaan telah diserahkan kepada petugas PMI dan dibantu oleh beberapa Guru muda, semua siswa menjadi peserta. Pikiranku masih terus berperang, hingga akhirnya aku menemukan sebuah klimaks dan tanpa sadar bibirku berucap “Apapun resikonya akan siap ku tanggung, yang penting aku telah berbuat sebuah kebaikan untuk sesama“. 

Saat itu aku teringat sebuah adegan sinetron yang mengisahkan seorang pemain mengalami kecelakaan terluka parah dan hampir meninggal lantaran kekurangan darah, aku jadi terinspirasi karenanya. Aku takut jika hal tersebut terjadi betulan. Aku masuk barisan di belakang kelas. Setengah jam kemudian giliranku. Aku masuk, seorang bapak mempersilahkanku tidur, lalu ia tersenyum dan menyapaku. 

Sebuah jarum di tangannya dimasukan lembut di pergelangan tanganku, aku pejamkan mata. Ternyata tidak sesakit yang kubayangkan, Dalam proses itu aku bertanya kepadanya tentang kerisauanku, dengan sabar dia menjelaskan bahwa segala sesuatu yang PMI gunakan dalam kegiatan donor darah sudah steril dan dijamin aman dan petugasnyapun adalah petugas yang benar-benar profesional. 

Aku tersenyum lega mendengarnya.15 menit berlalu dan pengambilan darah telah selesai. Aku keluar ruangan dengan senyum kebanggaan, aku telah donor darah. 5 tahun berselang badanku semakin sehat, alasanku dulu tidak terbukti sama sekali, aku kini semakin yakin dan mantab melakukan donor darah di PMI. Terima kasih PMI telah rela menjadi sarana bagi kami untuk berbuat kebaikan. Teruslah menghantarkan Jasa keseluruh umat manusia di dunia, “PMI Mengahantarkan Jasa”

No comments:

Post a Comment