Thursday, May 1, 2014

Fepy : Donor Darah, Yuk Mari!

Hari Sumpah Muda diperingati setiap tanggal 28 Oktober, tahun ini diadakan peringatan sumpah pemuda oleh PC IPNU IPPNU Kabupaten Bantul dengan mengadakan kegiatan donor darah bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bantul dan kegiatan seminar yang bertemakan Seminar Kebangsaan. Acara tersebut diadakan di gedung Rumah Dinas Bupati Kabupaten Bantul. Donor darah, mendengarnya saja membuat orang membayangkan jarum suntik dan kantong darah. 

Aku menjadi salah satu panitia kegiatan di acara seminar tersebut. Sekitar pukul 08.00 WIB acara diawali dengan pembukaan. Bagi yang ingin mendonorkan darahnya harus di cek kesehatannya terlebih dahulu. Aku ingin sekali mendonorkan darahku, dulu aku pernah ingin mendonorkan darah tetapi karena berat badanku tidak memenuhi standar maka aku tidak diperbolehkan untuk mendonor darah. Tapi kini berat badanku yang menurutku banyak alias gendut, aku pun mendonorkan darahku dan ini akan menjadi donor darah pertamaku. Memasuki ruangan cek kesehatan aku sudah merasa gugup sekali, rasanya jantungku berdetak lebih cepat seperti genderang mau perang (loh kok malah nyanyi). 

Aku mengambil formulir pendaftaran donor darah lalu kuisi sambil menunggu panggilan aku duduk di kursi antrian yang telah disediakan. Antusias para peserta donor darah ternyata cukup tinggi, hal itu terbukti dengan banyaknya yang mengantri. Sesekali ku perhatikan petugas yang sedang mengambil darah seorang pendonor. Berbagai ekspresi pendonor tercuat mulai dari menutup mata, ada yang meringis bahkan ada yang datar-datar saja wajahnya. "Fepy Laili" dug dug dug dug , aku semakin grogi ketika namaku dipanggil. Entah karena petugasnya yang ganteng (curcol) atau gugup mau mendonor. Aku kira langsung disuruh ke tempat tidur untuk diambil darahnya tetapi ternyata aku disuruh duduk dulu lalu petugas melakukan cek kesehatan. 

Aku disuruh menimbang berat badanku terlebih dahulu dan ternyata berat badanku 50 kg dan aku pun masuk kriteria. Setelah penimbangan berat badan petugas menensi darahku dan alhamdulillah normal juga. Setelah itu petugas mengkonfirmasi formulir yang telah aku isi untuk memastikan semua benar."Ya, silakan saya antar" dengan senyum manisnya mempersilakan aku untuk ke tempat pendonoran darah. Aku mulai berbaring dan seorang petugas yang kuketahui bernama Silvi mulai menyiapkan jarum suntik dan mulai mengambil darahku. 

Aku menutup mataku karena aku takut dan rasanya itu hufh "mak clekit" kalau kata orang Jawa bilang. "Sudah mbak, ini sudah selesai" tak butuh waktu lama donor darah selesai. "Terima kasih atas donor darahnya" sambil memberi bingkisan snack seorang petugas yang lainnya memberikanku. Lega rasanya aku telah mendonorkan darah. Akupun ingin membuat jadwal untuk rutin bisa melakukan donor darah setiap sebulan sekalilah paling tidak (Semoga bisa). Sebuah bukti nyata bisa yang membangkitkan rasa toleransi antar sesama bisa dilakukan dengan melakukan donor darah.

No comments:

Post a Comment