Thursday, May 1, 2014

Aninda: Sembuhkan Ketakutanmu Dengan Donor Darah

Di tahun ke tiga kuliah di UPI, saya mencobamenterapi diri sendiri melawan rasa takut yang berlebihan pada jarum suntik dengan cara bertentangan, yaitumendonorkan darah sebagai relawan. 

Sekitar pukul 10.40 WIB, sepulang dari perkuliahan pada 27 Juni 2012. Bersama teman baikku..Nurazizah, kami melewati gedung PKM yang sudah dipenuhi oleh mahasiswa dari berbagai jurusan yang sedang mengantri, tentunya bukan antrian untuk pembagian sembako. Saya membaca dengan jelas spanduk UKM KSR yang sedang menggalakkan Gerakan UPI Mendonor dan terlihat tagline nya yang begitu memikat ‘Hidup Sehat Dengan Donor Darah’. Nur memaksaku untuk ikutan ajang bergengsi ini. Kami berdua memiliki kesamaan kondisi waktu itu, sama-sama belum pernah mendonorkan darah dan sangat ingin mendonorkan darah. Tapi, kami memiliki perbedaan yang jelas terlihat, bedanya saya sangat phobia dengan jarum suntik. Saya yakin banyak yang senasib sama seperti saya, tidak pernah mengetahui golongan darah sampai lulus SMA hanya karena takut dengan tajamnya jarum, padahal untuk mengetahui golongan darahcukup dengan satu sentilan dari tembakan jarum.Karena keinginan yang begitu kuat untuk mendonorkan darah, saya sampai berpikir keras bagaimana caranya bisa memberikan darah tanpa melewati suntikan jarum. Berpikir sampai tua pasti tidak akan pernah menemukan jawabannya. 

Hari itu saya melihat Nur begitu antusias menuju meja pendaftaran, mau tidak mau saya pura-pura berani mengisi formulir dengan niatan setelah mengisi formulir ini saya akan kabur diam-diam. Tangan mulai berkeringat dingin ketika namaku dipanggil untuk menimbang berat badan, beruntung degupan jantung masih terdengar kalem. Nur terus memberi semangat dari belakang. Sayafikir ini hanya menimbang berat badan, bukan bermain dengan jarum suntik. Keringat dinginku semakin menjadi ketika timbangan berat badan mencapai 47 kg, pemeriksaan tensi darah dinyatakan normal dan hampir menangis ketakutan ketika HB diketahui 13,sekian gram. Itu artinya saya sudah melewati sentilan jarum suntik untuk pengecekan HB. 

Saya berkeyakinan waktu itu, walaupun baru pertama kali hanyamencoba-coba mengikuti tes donor darah ternyata hasil tes menunjukkan saya mampu untuk mendonorkan darah, padahal untuk tes timbang berat badan, tensi darah dan HB tidak semua orang bisa lolos dengan mudah, jadikalau tidak sekarang mencoba melawan sedikit sajarasa sakit maka seterusnya saya akan ketakutan dengan jarum. Akhirnya saya melenggang menuju kursi donor dan mampu melewatinya dengan baik. 

Saya bersyukur, saat ini baru bisa mendonorkan darah untuk yang ke tujuh kalinya dan selalu diberi kekuatan oleh Tuhan setiap selesai donor darah tidak pernah merasakan mual ataupun pusing. Kemudian, untuk yang pertama kalinya saya mencoba mendonorkan darah langsung di PMI pada bulan ramadhan tahun lalu tepat di hari jum’at tanggal 26 Juli 2013. Ternyata mendonorkan darah di PMI jauh lebih nyaman, ruangannya sangat bersih, tertutup, dan ber-AC. Setelah itu saya rutin ke PMI sesuai degan tanggal yang dianjurkan, walaupun suka telat dari waktu yang sudah ditentukan saya tetap kesana. Jadi selalu ada alasan baik untuk kembali mendonorkan darah ke PMI.Saat ini saya sedang menantikan tanggal 11 Juni 2014 untuk kembali lagi ke PMI karena rasa takut yang berlebihan dengan jarum suntik tidak terlalu dirasakan sekarang.

No comments:

Post a Comment