Thursday, May 1, 2014

Eka M: Darah Untuk Ratusan Nyawa dan Ribuan Senyum

Dulu aku pernah menjalani operasi bedah di sebuah rumah sakit besar di daerah Cirebon, dimana proses operasi itu membuatku mengalami pendarahan hebat. Aku paham benar bagaimana rasanya kehilangan banyak darah dan betapa aku sangat membutuhkan donor darah layaknya aku membutuhkan oksigen untuk bernafas. Mungkin ini adalah balasan juga untukku karena sedari dulu aku tidak pernah melakukan donor darah dan bahkan menganggap bahwa donor darah itu tidak penting. Aku terpengaruh oleh asumsi negatif teman-temanku yang mengatakan bahwa “transfusi darah bisa kita dapatkan dari donor keluarga yang memiliki golongan darah yang sama dengan kita, jadi untuk apa kita mendonorkan darah untuk orang lain sementara orang itu bisa mendapatkan donor dari kerabat terdekatnya? Untung di dia, rugi di kita. Toh kita juga tidak mendapatkan apa-apa dari donor darah! Bagaimana jika darah kita akan habis karena melakukan donor? Bagaimana jika darah yang kita donorkan berpindah tangan ke oknum-oknum yang menjualnya secara ilegal dan digunakan hanya demi keuntungan mereka saja?” 

Setelah pendarahan itu, aku seakan ditampar keras-keras oleh realita dan pengalaman yang baru saja aku alami, bahwa tanpa kita sadari, sedikit darah yang kita donorkan dapat menyelamatkan orang-orang yang mendapat transfusi, dan dengan setetes darah yang kita donorkan pada orang tersebut dapat menghapus air mata dan mengembalikan senyum keluarga maupun orang terdekat sang penerima transfusi. Seperti halnya aku. Ketika aku bangun dari masa kritisku, hal yang pertama kali kulihat ketika aku membuka mata adalah senyum bahagia di tengah wajah sembab orang tuaku. Saat itu juga aku merasakan darah-darah pendonor yang kini tengah mengalir dalam tubuhku, begitu sejuk dan hangat karena dalam setiap tetes darah itu terkandung ketulusan dan kesukarelaan sang pendonor yang secara tidak langsung telah menyelamatkanku dari maut. Aku sangat berterima kasih kepada siapapun yang telah bersedia menyumbangkan darahnya untukku waktu itu, dan aku juga sangat berterima kasih pada PMI yang telah membantu menyediakan donor secepatnya untukku. 

Sejak saat itulah aku terdorong untuk selalu ikut serta dalam event-event donor darah PMI yang diadakan di SMA ku dulu, dan event-event PMI itu tetap menjadi sebuah ketertarikan tersendiri bagiku hingga sekarang dimana aku telah duduk di bangku universitas. Aku terobsesi oleh tuntutan rasa balas budiku oleh orang-orang tak dikenal yang telah mendonorkan darahnya padaku. Dan aku juga ingin melakukan hal yang sama dengan mereka, dimana mereka secara tidak langsung dapat menyelamatkanku dan mengembalikan senyum lega orang tuaku, aku juga ingin seperti mereka yang dapat menyelamatkan nyawa calon penerima transfusi dariku dan dapat mengembalikan senyum bahagia orang-orang yang menyayanginya. Aku ingin darahku yang mengalir di tubuh-tubuh penerima transfusi nanti dapat membawa kebaikan dan hikmah untuk mereka, bahwa kita adalah makhluk sosial, kita hidup saling berdampingan dan bersama-sama, jadi sudah sepatutnya kita menolong orang lain karena suatu saat kita juga butuh pertolongan mereka. Dan keselamatan serta kebahagian sang penerima transfusi beserta orang-orang di sekitarnya adalah hal yang akan kita dapatkan dari donor darah. Kurasa itu melebihi rasa puas dibandingkan mendapatkan sebuah trofi dari ajang kompetisi, karena darah didonasikan tanpa nama dan tanpa pamrih.

No comments:

Post a Comment