Thursday, May 1, 2014

Hani : Setetes Darah Untuk Kehidupan Mereka

Awalnya, tidak pernah terpikir olehku untuk memberikan setetes darah atau bahkan sekantong darah untuk orang lain. Ngeri rasanya membayangkan jarum yang ukurannya seperti tusuk gigi menancap di tangan dan menyedot darah sampai hampir setengah liter penuh. 

Sakit membayangkannya. Teman-teman yang sudah pernah mencoba bilang rasanya hanya seperti digigit semut, tapi aku membayangkan mungkin seperti semut raksasa yang menggigit. Sampai suatu hari rasa penasaran muncul dan membuatku ingin mencobanya. Saat PMI mengadakan acara Donor Darah di kampus, aku iseng untuk mencoba. 

Akhirnya tak sampai 15 menit aku sudah selesai mendonorkan darahku. Pusing bahkan sampai ingin pingsan rasanya setelah kehilangan 400cc darah. “biasa mba kalo pertama emang kadang suka ada yang pusing, itu karena belum biasa” ucap seorang petugas mencoba memberi penjelasan mengenai hal yang kurasakan. “tiduran saja dulu dan minum air putih mba” ucapnya kemudian sambil menyodorkan segelas air putih. Tidak ada kesan istimewa yang kurasakan setelah donor untuk pertama kalinya. Hanya pusing dan ingin pingsan kesan yang teringat sampai hari ini. Suatu hari ketika sedang praktik di sebuah Rumah Sakit Daerah, aku ditempatkan di unit Thalasemia. 

Disana merupakan unit yang menangani pasien dengan penyakit kelainan sel darah merah. Kasihan rasanya melihat anak kecil yang kupikir mungkin seusia dengan keponakanku yang masih TK rutin seminggu sekali bahkan seminggu dua kali bolak-balik rumah sakit hanya demi mengejar sekantung darah untuk bertahan hidup. “anak saya suka senang jika sudah waktunya untuk transfusi di rumah sakit mba, jadi seger badannya katanya” ucap salah seorang ibu saat aku melakukan persiapan untuk transfusi. Saat ini belum ada penanganan yang bisa dilakukan untuk kesembuhan penderita Thalasemia, hanya transfusi darah yang saat ini bisa menopang hidup mereka. 

Dari sana aku mulai menyadari betapa berharganya sekantung darah untuk seseorang, betapa penting sekantung darah untuk hidup seseorang, dan betapa berarti sekantung darah untuk hidup seseorang. Memikirkan hidup seorang anak kecil yang sangat ditopang oleh darah orang lain itu menjadi dorongan bagi diri sendiri untuk terus rutin mendonorkan darah. 

Akhirnya kini setiap 3 bulan sekali aku berani dan tidak merasakan sakit yag berarti saat jarum yang sebesar tusuk gigi itu menancap untuk mengambil darahku. Aku berharap semoga suatu hari darah yang aku donorkan bisa bermanfaat bagi salah seorang yang nasibnya sama dengan mereka ataupun orang lain yang sama membutuhkannya. Setetes darah itu sangat menyelamatkan hidup seseorang.

No comments:

Post a Comment