Thursday, May 1, 2014

I Gusti: Bagikan Sedikit Darahmu Untukku

Palang Merah Indonesia (PMI) memang sudah tidak asing lagi di telinga saya sejak kecil. Akan tetapi karena kurangnya pemahaman saya tentang PMI menyebabkan saya tidak begitu tahu betapa besarnya arti kehadiran PMI di kalangan masyarakat. Yang saya tahu hanya PMI itu identik dengan dunia kedokteran yang sangat dekat dengan pasien, luka, darah, apalagi jarum yang sangat saya takuti. 

Bahkan pernah beberapa kali saya melihat PMI mengadakan acara donor darah, dan bahkan sayapun ditawarkan untuk ikut. Tetapi saya tidak mau karena saya sangat takut jarum, menurut saya disuntik jarum itu pasti sangat sakit dan itulah yang sangat saya takutkan. 

Sampai akhirnya suatu hari saya sakit, badan saya panas dan sayapun dilarikan ke puskesmas terdekat. Akan tetapi sampai di puskesmas saya step dan dirujuk ke rumah sakit. Sayapun dibawa ke rumah sakit dengan bantuan ambulans puskesmas.Walaupun saya sakit tetapi saya merasakan betapa keluarga saya sangat panik dan sedih, akan tetapi selain memberi pertolongan pada saya, para suster juga menghibur keluarga saya. Luar biasa, itu yang saya rasakan, dan lewat tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka dan tak lupa juga kepada bapak sopir yang telah mengantar saya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, saya langsung diajak ke UGD.

Disana para okter dengan sigap membantu saya, bahkan sayapun disuntik tetapi anehnya rasa takut saya akan jarum menjadi berkurang. Yang saya tahu bahwa saya hanya ingin sembuh dan semuanya cepat berlalu, walaupun saya hanya mampu bergumam dalam hati dan hanya sanggup memohon kepada Tuhan. Dan beberapa saat kemudian sayapun mampu melewati itu semua. Saat saya mulai tersadar saya melihat di sebelah saya. Betapa mirisnya hati saya ketika menengok ke kanan dan kiri saya. Suasana haru, tegang dan rasa sedih mendaalam terpancar dari keluarga pasien. Mereka hanya mampu menyerahkan semuanya kepada para dokter dan berharap dokter akan mampu mengobati saudara maupun sanak keluaraga mereka dan tentunya memastikan mereka akan baik-baik saja. Saat saya berada di kamar inap rumah sakit, saya mendengar cerita kakak saya saat datang dari tempat pengambilan obat. 

Dia mengatakan betapa ada seseorang yang kekurangan darah, dan pihak rumah sakit kehabisan stok darah tersebut. Saya sangat sedih mendengar cerita kaka saya itu, dan saya baru menyadari, betapa sakitnya suntikan jarum tak sebanding dengan beratnya beban yang harus ditanggung oleh oarang-orang yang kekurangan darah tersebut dan bahkan sakitnya akan beribu-ribu kali lipat dari sakitnya suntikan jarum. Apalagi kalau dipikir-pikir darah yang kita donorkan akan sangat berguna bagi yang membutuhkan, bahkan lebih dari itu darah kita mampu menyelamatkan nyawa pasien dan tentunya mengobati rasa khawatir dari keluarga pasien. 

Sejak saat itu saya bertekat ingin mendonorkan darah saya akan tetapi ternyata saya memiliki tekanan darah rendah jadi tidak bisa mendonorkan darah. Tetapi saya berharap semoga suatu hari saya mampu memberikan setetes darah saya kepada saudara saya yang membutuhkan. Satu hal yang dapat saya petik yaitu asalkan kita berani untuk mau dan mau untuk berani membagi apa yang kita miliki kita pasti bisa dan bahkan sangat bisa untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan pertolongan kita.

No comments:

Post a Comment