Friday, May 2, 2014

M.Arif: Ayahku Presedenku

Perkenalkan namaku Muhammad Arif Rakhman Hakim, pasti banyak yang pernah mendengar nama ini. Namaku mirip salah satu nama pahlawan nasional yaitu Bapak Arif Rahman Hakim, yang namanya banyak digunakan sebagai nama jalan di berbagai kota. 

Mungkin karena ayahku yang bekerja sebagai dosen sejarah di salah satu PTN(Perguruan Tinggi Negeri) di Kota Malang sehingga namaku menjadi demikian. Tapi aku bangga diberi nama ini, karena aku juga ingin menjadi pahlawan yang namanya akan dikenang oleh generasi selanjutnya. Di zaman ini menjadi pahlawan tidak harus dengan mengorbankan nyawa di medan perang, kita bisa menjadi pahlawan dengan membantu orang di sekitar kita. Salah satu contohnya adalah dengan mendonorkan darah kita. Karena bagi orang yang sedang membutuhkan darah, hal ini merupakan sebuah pertolongan tak ternilai. Setelah ini aku akan berbagi cerita berhubungan dengan donor darah ini. 

Tanggal 24 Juni 1996, hari Rabu jam 23.00, aku tiba di dunia. Dengan melihat tanggal lahirku, kita dapat menghitung usiaku. Tahun kemarin aku menginjak usia 17 tahun. Tahun 2013 menjadi tahun yang sangat spesial bagiku, karena tahun itu perjuanganku sebagai Paskot(Paskibraka Kota Malang) selesai dengan dikukuhkan menjadi PPI(Purna Paskibraka Indonesia); aku juga berhasil mendapatkan SIM, KTP, dan kartu-kartu penting lainnya; selain itu aku berhasil merampungkan tugas terberatku di tahun itu yaitu menjadi ketua pelaksana lomba paskibra tingkat SMP se-Malang Raya. 

Tapi bukan itu yang paling membuatku bahagia, yang membuatku sangat bahagia adalah dengan usiaku yang telah menginjak 17 tahun, aku dapat mendonorkan darahku di PMI Kota Malang. Aku melaksanakan donor darah untuk pertama kalinya bulan Juni 2013. Setelah tiba di kantor PMI Malang di Jalan Buring, aku mengisi blanko formulir sebagai pendonor pertama kali. Setelah itu aku menunggu panggilan dari petugas administrasi. Setelah dipanggil oleh petugas, diukur tekanan dan kadar hemoglobin dalam darahku. Kemudian ketegangan mulai menghampiriku saat ada petugas yang mengeluarkan peralatan donor. 

Hatiku deg-deg-deg, aku mengira bahwa jarum suntiknya hanya sebesar jarum imunisasi yang kecil. Ternyata jarum yang digunakan lumayan besar. Namun itu tidak menyurutkan niatku. Alasan utama aku rutin mendonorkan darah hingga kini adalah preseden(panutan) dari ayahku. Ayahku yang lahir di Kota Surabaya memang rutin mendonorkan darahnya sejak remaja di Surabaya, bahkan hingga kini tinggal di Kota Malang. 

Tahun 2012 beliau dipanggil ke Jakarta untuk mendapatkan penghargaan secara langsung dari ketua PMI yaitu Bapak Jusuf Kalla karena telah melaksanakan donor darah lebih dari 100 kali. Sebuah prestasi yang tidak mudah karena membutuhkan konsistensi dan tekad yang kuat. Aku yang baru pertama kali donor darah sudah hampir kehilangan nyali untuk melakukan donor yang selanjutnya. 

Tapi nyaliku akan selalu membara karena aku tidak mau kalah dengan ayahku untuk urusan ini. Ada motivasi dari ayah yang selalu mendorongku, bukan melalui omongannya tetapi melalui perilakunya. Aku berjanji suatu saat nanti akan mengikuti jejak ayah untuk mendapatkan penghargaan serupa, namun tetap memperhatikan aturan yang berlaku. Semoga darah tak seberapa banyak yang kusumbangkan ini dapat bermanfaat bagi saudara kita yang membutuhkan. Amin. Mari giat donor darah! Setetes darah Anda, nyawa bagi sesama!

No comments:

Post a Comment