Thursday, May 1, 2014

Hasrudin: Senyum Indonesia yang Tetap Terjaga

Tanggal 21 juni 2006, ketika pagi menyongsong dan matahari memulai peraduannya, sebuah kabar duka tak sengaja aku dengar, dan seketika menjadikan hari itu menjadi salah satu hari yang mungkin takkan dilupakan oleh keluarga saya. 

Ya, banjir bandang di kabupaten sinjai Sulawesi selatan yang dimana ada sanak saudara yang bermukim disana. Tak ada kabar yang pasti, semua simpang siur.ditambah lagi tak ada kabar dari sanak keluarga. 

Sehingga beberapa waktu kemudian keluarga memutuskan untuk dating langsung kesana. Jalan yang dilalui dari rumah terasa sangat jauh. Pikiran tidak jelas apakah yang akan saya temukan disana. Ketika perjalanan sudah mulai memasuki daerah bencana, aku bahkan tak bisa bekata apapun melihat kepiluan yang terjadi. Derai air mata yang tak pernah luput dari penglihatan, sebuah kepiluan yang benar-benar menghentakkan dada. Setelah sampai di rumah salah satu sanak saudara,baru kami tau bahwa keluarga kami ternyata masih diberi perlindungan oleh tuhan. 

Setelah berbincang sejenak, aku ikut melihat kondisi daerah yang terkena wilayah banjir, dan begitu banyak manusia berjiwa heroic turut menyumbangkan tenaga dan waktunya untuk membantu sesame meskipun mereka tau yang mereka lakukan tidak akan mendapat imbalan kecuali imbalan dari yang kuasa, dansetelahberjalanmelihat area sekitar, adasebuahlambang yang cukup familiar dimata saya, yaitu lambing PMI, saat itu aku masih begitu muda untuk mengerti kenapa lambing ini hamper ada disetiap bencana. Aku piker mereka sama halnya dengan agen penyedia jasa bantuan yang dibayar dengan nilai nominal tertentu, tapi lambat laun saya mengerti dan sadar bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang begitu mulia dan tanpa ada bayaran sepeserpun. 

Mereka dating secara sukarela, mereka membantu dengan ikhlas dan mereka member dengan tulus. Dan ini pula yang aku lihat saat itu, mereka membantu warga yang sedang dalam kesusahan. Saya berpikir dan bertanya, orang yang menjadi relawan seperti itu memiliki hati seperti apa?Ketika hamper semua orang memikirkan dirinya sendiri, dia masih sempat meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu orang lain Dan tanpa mengharapap apapun selain kebahagiaan orang yang ditolong. Mereka bagaikan malaikat yang hanya member tapi tak mengharapkan imbalan apapun kecuali senyum dari orang yang mereka tolong.

Saya salut untuk semua relawan yang telah mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Terimakasih telah menjaga senyum warga Indonesia tetap ada.

No comments:

Post a Comment