Saturday, May 3, 2014

Wahyu P: An Action

Balapan, kebut-kebutan, dan pacaran, beberapa hal yang selalu mengisi pikiranku saat menginjak 17 tahun. Suatu hari aku menghabiskan malam bersama pacarku menggunakan sepeda motor, kami saling bercanda untuk menghilangkan rasa capek saat belajar di sekolah tadi. Dari kejahuaan sebuah truk melaju kencang, truk tersebut hilang kendali dan menyenggol sepeda motorku, aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. 

Darah segar bercucuran membasahi kakiku, kepalaku terasa pusing. Aku memperhatikan Dea, pacarku tersebut tidak sadarkan diri, telinga dan hidungnya mengeluarkan darah. Kepanikanpun menyalimutiku, aku tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, kucoba menghidupkan sepeda motor namun hasilnya nihil, ditambah tidak ada kendaraan yang melintas. Terpikir olehku untuk menelpon ambulan dan meminta pertolongan. 

Dea dibawa ke UGD, dokter yang bertugas masuk ke ruangan tersebut disusul para perawat. Beberapa menitpun berlalu. 

“Johnatan?” dokter tersebut memanggilku. 

“Bagaimana keadaan pacar saya dok?” 

“Kami telah berusaha semaksimal mungkin namun nyawa Dea tidak tertolong lagi.” 

“Kenapa bisa dok apa yang terjadi?” tanyaku pada dokter tersebut. 

“Dea kekurangan banyak darah sehingga jantungnya melemah dan berhenti berdetak, jika saja ada pertolongan pertama langsung setelah kejadian mungkin nyawanya masih bisa diselamatkan.” dokter tersebut menjelaskan. 

“Tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat itu dok.” bisikku dalam hati.

 “Saya minta maaf, kamu yang tabah ya.” kemudian dokter tersebut pergi. Hari itu aku belajar bagaimana pentingnya pertolongan pertama yang harus dilakukan pada suatu kejadian mendadak yang tidak kita inginkan. Seminggu setelah istirahat di rumah aku kembali masuk sekolah, teman-temanku memberikan belasungkawa atas kejadian tersebut, aku harus bisa menerima dengan lapang dada dan merelakannya. 

Bel istirahat berbunyi, gurupun menutup pelajaran dan seisi kelas bubar. Aku berjalan keluar melewati sekumpulan cewek yang sedang bercakap-cakap di depan pintu kelas, langkahku terhenti didepan papan pengumuman sekolah. Disana tertulis pengumuman yang baru bagiku karena sudah seminggu tidak masuk, ada sebuah pengumuman yang membuatku tertarik, yaitu pengumuman tentang ekskul baru yang diadakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) yang datang ke sekolahku beberapa hari lalu, bantulah sesama slogan yang tertulis pada pengumuman PMI tersebutlah yang membuatku makin tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Mengingat apa yang terjadi seminggu lalu membuat tekadku semakin bulat dan jelas. 

Hari pertama dimana aku bergabung di ekskul PMI aku berkenalan dengan setiap orang yang tergabung di ekskul tersebut, aku juga berkenalan dengan mas Rendy yang merupakan anggota resmi PMI yang akan membina kami dalam kegiatan ekskul. Didalam ekskul inilah aku mendapat berbagai macam ilmu tentang apa itu PMI, serta tugas dan tujuannya. Saat ekskul mas Rendy juga mengajari kami materi tentang pertolongan pertama yang harus dilakukan pada keadaan tertentu, seperti kecelakaan, tenggelam, dll. 

 “Kita ini harus saling menolong, have to take an action in your life.” seru mas Rendy. Mas Rendy juga mengajak kami ikut serta dalam acara donor darah yang diadakan oleh PMI dengan tujuan membantu orang yg membutuhkan. 

Setahun berlalu, aku menjadi peserta senior di kegiatan ekskul tersebut dan selalu aktif mengikuti kegiatan yang diadakannya. Banyak pelajaran berharga yang telah kudapatkan dari kegiatan ekskul tersebut. 

[Beberapa tahun kemudian]

 “John buruan ada yang kecelakaan, ambulan juga sudah menunggu!” teman kerjaku di PMI memanggil.

No comments:

Post a Comment