Thursday, May 1, 2014

Geby: 100% Royalti PMI

Kisah ini dimulai dua tahun lalu saat guru sejarah selesai mengajar di kelas. Teman-teman ku terlihat biasa saja setelah mendengar materi yang disampaikan tadi. Ya, guru sejarah ku itu menyampaikan materi mengenai sejarah PMI yang berujung pada salah satu tugas kepalangmerahan yaitu transfusi darah. Seolah-olah terjun dalam penyampaian materi tadi,darah ku mendesir mendidih ingin segera didonorkan mengingat tidak sedikit nyawa yang memerlukannya. 

Sejak SMP, aku telah aktif dalam berbagai organisasi sosial. Sayang, PMR tak pernah kusetuh karena waktunya sering kali bertabrakkan dengan kegiatan lain. Padahal aku ingin sekali mengikuti organisasi seperti itu,di tambah lagi setelah mengikuti jam sejarah mengenai PMI itu. Saat itu juga langsung saja kuajak sahabat ku untuk berdonor darah dan untunglah dia mau. Hari itu, tepat di hari Palang Merah sedunia aku dan sahabat ku pergi ke sebuah stan donor darah yang memang setiap tahun rutin diadakan di kota ku saat hari-hari kesehatan seperti ini. 

Semangat menyelimuti ku saat itu, di mata ku kulihat jiwa-jiwa yang dapat terbantu dari setetes darah yang kuberikan. Sebelum mendonor,kami harus mengalami serangkaian pemeriksaan dahulu. Aku tak terlalu memusingkan pemeriksaan itu hingga seorang relawan yang memeriksa ku menyampaikan bahwa darah ku memiliki kadar Hb yang terlalu tinggi. Akibatnya, aku difonis batal mendonorkan darah. Saat itu juga aku lemas dan tidak bersemangat. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.Seperti tak bisa menopang diri ku sendiri. Seperti ingin jatuh saat itu juga. Mungkin sedikit berlebihan, tapi itulah yang kurasakan. Syukurlah sahabat ku itu bisa mendonor. 

Beberapa minggu setelah kejadian itu, aku tetap terbayang-bayang. Banyak teman-teman ku yang sudah mendonokan darah dan berkata bahwa mereka merasa lebih sehat setelah mendonor. Apa lagi yang bisa kulakukan untuk membantu selain mendonorkan darah ku? Setahun sudah hari-hari itu terlewat. Memang aku sedikit lupa mengenai kegagalan pertama ku mendonor,tetapi setiap kali melihat berita mengenai bencana alam atau kecelakaan di koran dan televisi,hati ku kembali dirombak kesedihan. 

Hingga suatu hari aku berkunjung ke sebuah toko buku di salah satu mall di Jogjakarta. Saat itu aku tengah mengikuti sebuah festival film di Jogja bersama tim ku. Berasal dari keluarga yang sederhana, uang jajan ku terbatas saat itu. Aku hanya akan membeli sesuatu yang sangat kuperlukan,pikir ku. Di dalam toko buku,mata ku menangkap lambang PMI di sudut kiri sebuah buku. Kuambil buku itu dan membaca tulisan di sudut kirinya. Bertuliskan “100% ROYALTI PMI” di sana. Aku tersenyum. Hati ku berbunga-bunga saat itu juga. Bersemangat, mata ku kembali menyusuri setiap buku. Berharap ada lambang PMI lagi di sana. 

Namun sayang, tak ada lagi. Kugenggam erat novel berjudul “Sepotong Kata Maaf” itu danberanjak menuju kasir. Satu ide langsung mengisi kepala ku. Mungkin aku tak bisa membantu saudara ku di luar sana dengan darah ku, tapi aku bisa membantu mereka dengan apa yang kupunya saat ini. Terimalah sedikit pemberian ku ini, kawan.

No comments:

Post a Comment