Saturday, May 3, 2014

Umi.F : Uluran Tangan di Dalam Kegelapan

Pada saat meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta 2010 lalu, kerabat saya yang berada di dekat lereng merapi mengungsi di tempat tinggal saya, di daerah pesisir Pantai Selatan Yogyakarta. Mereka tiba di rumah dengan penuh kebingunganan dan panik. Ketakutan begitu tampak nyata di mata mereka. Semuanya adalah sekitar lima belasan orang. Rumah saya menjadi semacam tempat perlindungan yang sementara ini aman bagi mereka-setidaknya di sini tidak ada abu vulkanik setebal tiga puluh senti walaupun hujan abu mencapai wilayah di selatan Yogyakarta-. 

Rumah saya yang tidak besar menjadi sangat sesak dan semua tahu bahwa ini tidak nyaman. Tapi keluarga saya mencegah untuk pindah ke posko pengungsian karena tahu, keadaan di sana tidak akan lebih baik. Kami semua tidur menggunakan tikar dan kasur tipis, dan itu tidak layak, tapi mereka bilang ini lebih dari apa yang sepantasnya mereka dapatkan. Kakak saya adalah seorang anggota relawan PMI Kota Bantul. Kami menghubunginya, berharap semoga ada yang bisa dilakukan. Para korban berharap bisa mengandalkan Palang Merah untuk membantu di saat keadaan seperti ini, apapun itu pasti ada yang bias dilakukan oleh Palang Merah, itu yang mereka pikirkan. 

Kemudian, orang-orang berseragam rompi biru tua dengan logo palang merah datang ke rumah saya. Mereka mendata setiap orang yang mengungsi di rumah saya, para relawan itu membawakan barang-barang yang kami butuhkan: beras, obat-obatan, susu bayi, selimut dan yang sejenisnya. Seorang dari mereka bilang, harusnya kami segera lapor bahwa di sini ada para pengungsi dari bencana Merapi, sehingga semua dapat terorganisir dengan baik. Mereka menyesal tidak bisa melakukan banyak, tapi berjanji akan mencoba melayani semampu mereka. 

Di tengah kepedihan akibat bencana ini, solidaritas dan pertolongan adalah kekuatan dan motivasi tersendiri. Dan apa yang dilakukan oleh orang-orang ini membawa suatu dampak yang bagus bagi para korban bencana. Kami merasakan spirit, itu adalah kekuatan yang mampu membangkitkan. Bayangkan saja -mengenai rumah yang diselimuti debu, tempat tinggal menjadi sesuatu yang kelabu dan asing- mereka terpisah dengan tetangga mereka yang selama ini setiap pagi mereka sapa. Atau, yang lebih menyakitkan, mereka tak akan bisa lagi melihat tetangga mereka, karena hangus ditelan wedhus gembel. Kami mencoba memahami, bagaimana rasanya. 

Tapi semua tahu, kami semua tidak sendirian, dan perasaan seperti itu membuat keadaan tidak semenakutkan yang sebelumnya kami bayangkan. Ini menambah prospek yang bagus pada setiap diri kami. Kehadiran para relawan dari PMI sangat membantu di sini. Mereka adalah organisasi kemanusiaan yang dipimpin oleh relawan, yang memberikan bantuan kepada korban bencana dan membantu kami mencegah dan mempersiapkan diri untuk keadaan darurat. Itu sangat, sangat-sangat berarti bagi kami. 

Segala informasi, kami dapatkan dari mereka tentang apa yang seharusnya kami lakukan, harus bagaimana kami, mereka adalah pemandunya. PMI membawa bantuan kepada yang membutuhkan, mencegah dan mengurangi penderitaan, dan melindungi kehidupan, dan saya rasa, saya bisa melihat itu pada setiap diri para relawan di tempat saya waktu terjadi bencana Merapi itu. Lebih dari semua yang bisa saya katakan, Palang Merah Indonesia adalah cerminan dari rasa kemanusiaan yang tulus, dan itu adalah sesuatu yang mulia, yang bisa dilakukan untuk sesama manusia.

No comments:

Post a Comment